sdit

sdit

Selasa, 31 Agustus 2010

Pawai anak-anak sambut ramadhan

Ini foto anak-anak SDIT Luqman Al Hakim Internasional setelah pawai sambut ramadhan

Charity SDIT Luqman Al Hakim

“I Care, I Share” Through Charity
Sabtu, 28 Agustus 2010 menjadi hari istimewa bagi keluarga besar SDIT Internasional Luqman Al Hakim. Sekolah sudah riweuh di pagi hari. Baik anak, guru, karyawan, dan tak ketinggalan orang tua sibuk mempersiapkan rangkaian bakti sosial yang terdiri dari pelayanan kesehatan dan penyerahan bingkisan Ramadhan.
Berhubung ada dua kegiatan yang dilakukan dalam waktu bersamaan, maka semua orang pun berbagi tugas. Sebagian guru dan orang tua mempersiapkan pelayanan kesehatan gratis untuk warga. Sementara,wali kelas beserta anak-anak sibuk mengatur bingkisan yang akan dibagikan.
Apa sih yang menarik dari baksos kali ini? Well, jika di kebanyakan bakti sosial warga diundang untuk datang ke tempat penyelenggara bakti sosial, maka di SDIT Internasional Luqman Al Hakim justru anak-anak yang mendatangi rumah warga dan menyerahkan bingkisan tersebut satu persatu.
Nah, di sinilah uniknya. Terlihat sekali level “social literacy” atau kecerdasan sosial anak-anak ini. Ada anak yang menolak masuk rumah warga dengan berbagai alasan, mulai dari susah melepas sepatu, lebih enak menunggu di luar, dan sebagainya. Ternyata ketahuan bahwa anak-anak ini malu untuk memulai pembicaraan dengan tuan rumah.
Sebaliknya, sebagian anak menunjukkan kecerdasan sosial yang luar biasa. Salah satu anak putri membuka silaturahim dengan matur seperti ini, “Bu, kami murid-murid SDIT Internasional Luqman Al Hakim. Kami ke sini mau memberikan bingkisan Ramadhan ke keluarga Ibu. Semoga bermanfaat.” Subhanallah, anak usia tujuh tahun lho yang melakukannya.
Ada juga potret anak-anak yang diam tertegun melihat seorang ibu menangis ketika menerima bantuan yang mereka berikan. Lalu lihatlah bagaimana anak-anak ini belajar berempati sekaligus mengembangkan logika Social Science. Ternyata sang ibu dulu tinggal di tanah yang sekarang menjadi area sekolah.  Ibu itu terpaksa pindah, lalu mendirikan rumah berdinding anyaman bambu di tanahnya sekarang. Anak-anak langsung bertanya, “Ust, ternyata dulu ada yang tinggal di sekolah kita ya? Kirain dari dulu emang udah jadi sekolah kita.”
Di suatu rumah, anak-anak mendapati hanya ada seorang anak di sebuah rumah, sementara ibunya sedang menjaga keluarga yang dirawat di rumah sakit. Saat mendengar informasi tersebut, seorang anak berkata, “Ust, bagaimana kalau kita yang menanggung biaya perawatannya?” Masya Allah, mereka sudah berfikir tentang takafful (saling menanggung).
Namun, ada pula anak yang terbiasa dengan zona nyamannya sehingga sulit menerima kondisi tidak nyaman. Beberapa anak berkomentar kurang menyenangkan karena di samping rumah ada kandang sapi dan kandang kambing yang baunya cukup menyengat.
Saya juga merekam bagaimana anak lain begitu sopan ketika akan berpamitan pulang. “Pak, Bu, kami mau pamit dulu ya. Selamat Idul Fitri. Assalamu’alaikum.”
Bakti sosial memang diperuntukkan untuk mengasah kepedulian dan kepekaan sosial anak. Sekolah berusaha memfasilitasi anak mulai dari mengadakan program “Kotak Infaq ke Surga” hingga penyerahan bingkisan langsung kepada warga yang membutuhkan. Subhanallah, Mahasuci Allah yang menjadikan anak-anak belajar jauh lebih banyak dari itu semua. Robbanaa maa kholaqta haadzaa baathilaa... Ya Tuhan kami, tidaklah Engkau menciptakan semua ini sia-sia... J

Berpikir Positif (Bagian kesembilan)

MINGGU ke  3 :
Tujuan : Rahasia menulis dan rahasia memberi
Materi : Praktek langsung menulis
Alat : Sediakan kertas dan alat tulis


Kami tidak berada dalam suatu keadaan dan tidak membaca suatu ayat dari Alquran dan kamu tidak mengerjakan suatu pekerjaan, melainkan Kami menjadi saksi atasmu di waktu kamu melakukannya. Tidak luput dari pengetahuan Tuhanmu biarpun sebesar zarrah (atom) di bumi ataupun di langit. Tidak ada yang lebih kecil dan tidak (pula) yang lebih besar dari itu, melainkan (semua tercatat/terprogram) dalam kitab yang nyata (Lauhul Mahfuzh). (QS. Yunus, 10:61)

Dan seandainya pohon-pohon di bumi menjadi pena dan laut (menjadi tinta), ditambahkan kepadanya tujuh laut (lagi) sesudah (kering)nya, niscaya tidak akan habis-habisnya (dituliskan) kalimat Allah. Sesungguhnya Allah Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (QS. Luqman, 31:27)

Apakah kamu tidak mengetahui bahwa sesungguhnya Allah mengetahui apa saja (detail) yang ada di langit dan di bumi? bahwasanya yang demikian itu terdapat dalam sebuah kitab (Lauhul Mahfuzh). Sesungguhnya yang demikian itu amat mudah bagi Allah.  (QS. Al Hajj, 22:70)

Allah menghapuskan apa yang Dia kehendaki dan menetapkan (apa yang Dia kehendaki), dan disisi-Nya-lah terdapat Ummul-Kitab (Lauh Mahfuzh). (QS. AR-RA’AD : 39)

Dari ayat-ayat diatas, disimpulkan bahwa Allah mengajarkan kita untuk menulis impian atau membuat cetak biru masa depan.

Menulis impian sebagai bentuk blue print tentang :
SIAPA KITA?
APA YANG KITA LAKUKAN DIDUNIA?
MAU KEMANA KITA?
(Untuk menjawab Visi-Misi penciptaan manusia)
Ditulis tangan karena :
Menurut penelitian para ahli dan para praktisi yang sudah SUKSES, disimpulkan bahwa menulis impian sebaiknya DITULIS TANGAN sendiri-sendiri. Dengan demikian akan dijiwai, diamini, diniati, diinginkan, sampai bergetar jiwa raga dan Quantum dalam tubuhnya sehingga mengundang Quantum alam semesta untuk meresponnya.

Kekuatan menulis Sasaran :
STUDI terhadap para lulusan Yale University pada 1953 dengan menggunakan wawancara ditanyakan apakah mereka mempunyai sasaran-sasaran yang jelas, yang spesifik, yang dituliskan dengan sebuah rencana untuk mencapainya.

Hanya 3% yang mempunyai sasaran tertulis. Dua puluh tahun kemudian pada 1973, para periset kembali mewawancarai yang masih hidup dari lulusan 1953 tersebut. Mereka menemukan bahwa 3% yang mempunyai sasaran tertulis itu jauh lebih kaya daripada gabungan 97% sisanya.

Para periset juga mengukur secara subjektif kebahagiaan dan suka cita mereka, ternyata yang 3% dengan sasaran tertulis tersebut lebih unggul dibandingkan yang 97% yang tidak menulis sasaran-sasarannya.

Senin, 30 Agustus 2010

Berpikir Positif (Bagian kedelapan) lanjutan ......

KABAR BAIK : Anda Dapat Mengubah Dunia!

Seorang wanita yang telah lanjut usia tinggal di rumah seorang anak lelakinya. Sejak wanita ini tinggal di rumah tersebut sang menantu wanita merasa tidak nyaman. Dia merasa sangat terganggu dengan kehadiran sang ibu mertua. Seringkali terjadi pertengkaran hebat antara dirinya dengan sang ibu mertua. Sang ibu mertua merasa dirinya benar dan harus dihormati sebagai orang tua yang sudah memiliki banyak pengalaman. Sedangkan sang menantu merasa bahwa ibu mertuanya masih berpikir kolot (jadul) tidak sesuai lagi dengan perkembangan jaman sekarang.

“Mertua saya cerewet, suka ikut campur urusan rumah tangga anak-anaknya, biang protes, judes, dan juga sok ngatur, termasuk dalam hal mendidik anak-anak saya”, kata sang menantu.

“Sejak dia tinggal di sini, saya merasakan situasi rumah tangga saya menjadi seperti di neraka!”, tambahnya lagi. Memang, sempat terjadi juga beberapa pertengkaran besar dengan suaminya yang membela ibunya saat sang istri ingin agar sang mertua segera dipindahkan ke panti jompo.

Akhirnya dengan merasa begitu putus asa dan sangat membenci sang ibu mertua, sang menantu pergi menemui seorang sinshe (ahli pengobatan tradisional Cina) bernama Ling yang juga adalah sahabat karibnya. Dia berkeluhkesah kepada sahabatnya itu mengenai berbagai masalah yang dideritanya setelah sang ibu mertua tinggal di rumahnya.

“Sebagai sesama wanita, kamu pasti mengerti kan bagaimana perasaan sakit hatiku pada ibu mertuaku itu, Ling?”, katanya sebagai penutup ceritanya.
 “Coba saja kalau ibu mertuaku itu cepat mati, rumah tanggaku akan kembali tentram dan bahagia kembali”, celetuknya.

“Kamu mau kalau ibu mertuamu cepat mati?”, tanya Ling.
“Sebagai sahabat saya bisa membantu. Saya akan membuat racun ampuh yang tidak berbau, tidak berasa, tidak berwarna, dan akan membunuh secara perlahan tanpa jejak”, kata Ling.

“Oh, ya?”, terlintas pikiran jahat sang menantu.

“Tolong buatkan untuk ibu mertuaku ya, Ling! Kamu memang sahabat sejatiku!”, kata sang menantu sambil tertawa karena merasa mendapatkan solusi masalahnya.

“Tetapi ada syaratnya!”, kata Ling tegas.

“Sejak saat ini, kamu harus selalu berpura-pura baik kepada ibu mertuamu. Jangan sampai sekali pun bertengkar dengannya. Turuti saja apa pun keinginannya. Toh, hanya sementara dia hidup. Jangan membantah sekali pun dan kamu tersenyum saja setiap kali dia cerewet. Cuma sementara saja kok…”, pesan Ling.

“Hal ini dilakukan supaya tidak ada seorang pun yang akan curiga bahwa kamu yang telah meracuninya begitu dia mati. Kamu bersedia?”, tanya Ling.

“Baiklah. Apa pun akan saya lakukan, asalkan dia lenyap dari rumahku”, jawab sang menantu dengan cepat.

Sejak saat itu, sang menantu terlihat selalu bersikap sangat baik kepada sang ibu mertua. Setiap hari dia selalu memasakkan makanan kesukaan sang ibu mertua. Tentunya dengan tak lupa menyertakan campuran racun buatan sahabatnya ke dalam masakan tersebut.

Tidak pernah lagi terdengar pertengkaran di rumah itu karena sikap sang menantu terlihat berubah menjadi sangat baik. Dia tidak pernah membantah. Dia selalu memperhatikan keperluan sang ibu mertua dan selalu tersenyum menanggapi protes apa pun yang dilontarkan sang ibu mertua.

“Hanya sementara saja! Saya harus bisa menahan perasaan sakit hati saya supaya rencana berhasil”, kata sang menantu dalam hati setiap kali merasa sakit hati.

Setelah berminggu-minggu kemudian…
Melihat menantunya berubah menjadi sangat baik kepadanya, sang ibu mertua merasa malu sendiri dalam hati. Akhirnya ia berusaha keras untuk berubah menjadi mertua yang sangat baik bagi menantunya. Ia tidak pernah lagi ikut campur urusan rumah tangga menantunya, tidak lagi cerewet, dan tidak pernah lagi berkata-kata pedas. Kata-katanya berubah menjadi lembut dan selalu tersenyum kepada menantunya. Kepada tiap orang yang ditemuinya dia selalu bercerita dengan bangga bahwa menantunya adalah menantu teladan yang diidam-idamkan oleh semua mertua di dunia.

Hubungan sang menantu dan sang ibu mertua menjadi sangat harmonis Suasana di keluarga tersebut terlihat sangat berbahagia dengan kehadiran sang ibu mertua. Mereka sering berbincang, bercanda dan tertawa bersama. Hingga suatu saat sang ibu mertua mengeluh pusing-pusing karena masuk angin.

Sesaat sang menantu tersadar, “Bagaimana kalau sekarang tiba-tiba sang ibu mertua meninggal karena racun yang dahulu pernah dimakannya tiba-tiba bereaksi?”

Seketika wajah sang menantu menjadi pucat pasi. Dia tergopoh-gopoh pergi ke rumah sinshe Ling sahabatnya.

“Ling..! Ling…!”, teriaknya sambil menggedor-gedor pintu pintu rumah sahabatnya.

“Tolong! Cepat buatkan penawar racunnya! Jangan sampai terlambat…”, pintanya dengan memelas dan berurai air mata.

“Apanya yang terlambat?”, tanya Ling setelah membukakan pintu.

“Ibu mertua saya…. racunnya bereaksi”, jawabnya dengan lemas.

“Bukannya kamu mau ibu mertuamu cepat mati?”, tanya Ling.

“Ya…Itu waktu dahulu! Sekarang saya mau dia selalu sehat dan saya tidak mau dia sampai meninggalkan kami! Saya akan merasa sangat kehilangan seorang ibu yang baik, Ling!”, jawabnya dengan malu-malu.
“Oh…begitu…”, gumam Ling sambil tersenyum.

“Tenang saja. Racun yang kuberikan itu vitamin dan obat penguat stamina kok! Mertuamu tidak akan meninggal karena racun itu. Nanti saya buatkan lagi supaya stamina mertuamu cepat pulih kembali”, kata Ling.
Sang menantu seketika termenung, “Pantas saja, dahulu setiap kali saya berikan racun itu dia semakin bertambah sehat dan kuat dari hari ke hari. Saya pikir itu adalah reaksi sementara racun tersebut sebelum mematikan.”

Lalu dia tertawa sendiri.

“Terima kasih ya, Ling! Kamu memang sahabat terbaik”, katanya sambil memeluk sahabatnya itu.

Hikmah :
Dari cerita tersebut dapat terlihat kebenaran firman Allah “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Ar Ra’d: 11).
      Dengan mengubah diri sendiri menjadi lebih baik, kita dapat mengubah orang di sekitar kita menjadi lebih baik. Dan jika tiap orang di sekitar kita berubah menjadi lebih baik maka akan mengubah lebih banyak orang lagi disekitarnya menjadi lebih baik. Pada akhirnya, efek berantai ini akan mengubah situasi dunia menjadi lebih baik lagi dan menyenangkan.

Minggu, 29 Agustus 2010

Berpikir Positif (Bagian kedelapan) lanjutan

LINGKARAN DAN TITIK
(Zainal Abidin pengisi  The Power of Life Tri Jaya FM)



Kalau kita fokus kepada sesuatu maka sesuatu maka sesuatu itu akan membesar.  Apabila keburukan kita ibaratkan lingkaran. Sedangkan titik kita ibaratkan kebaikan. Maka  kalau kita fokus kepada lingkaran (keburukan) maka lingkaran(keburukan) akan semakin besar dan titik akan semakin tidak terlihat. Kalau kita fokus pada titik (kebaikan) maka titik(kebaikan) akan membesar dan lingkaran akan hilang.

Hikmah :
Kalau kita berfokus kepada keburukan maka akan jadi lebih buruk.  Dan kalau kita berfokus kepada kebaikan maka akan jadi lebih baik. Kalau istri berfokus kepada kebaikan  suami walaupun kebaikan suami sedikit, maka istri akan termotivasi berbuat baik maka istri juga menjadi lebih baik.  Dan selanjutnya ketika suami melihat  istri yang berubah menjadi baik, suami akan terdorong menjadi lebih baik.  Akhirnya sedikit demi sedikit keburukan suami akan berkurang.  Ingat hukum tarik menarik
Jadi kalau kita ingin mempengaruhi orang lain/suami kita harus cukup baik dulu/ punya tabungan kebaikan dulu. Ibarat mau masuk ruangan, pintu harus dibuka dulu, jangan dipaksa dibuka, nanti malah rusak..

Sabtu, 28 Agustus 2010

Berpikir Positif (Bagian kedelapan)

B. MENGUBAH HIDUP DIMULAI DARI DIRI SENDIRI

     Banyak orang yang merasakan bahwa situasi disekelilingnya tidak nyaman, tidak sesuai dengan keinginannya, dan perlu diubah menjadi lebih baik. Mereka berharap dan bahkan kerap kali memaksa dan menuntut orang-orang lain disekitarnya untuk berubah sesuai keinginannya.  Banyak orang yang tidak sadar bahwa kunci untuk mengubah situasi itu ada pada dirinya sendiri, bukan pada orang lain. Senada dengan firman Allah :

“Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Ar Ra’d: 11).

C. KISAH INSPIRATIF

MENULIS DI PASIR DAN MENGUKIR DI BATU
(Supardi Lee pengisi The Power of Life Tri Jaya FM)

Suami istri sedang melalukan perjalanan di padang pasir.  Setelah lama berjalan persediaan air habis.  Ini membuat suami marah-marah.  Kemudian istri kecewa dan menulis di pasir. “aku sangat kecewa dengan suamiku karena aku disakiti suamiku.”Kemudian istri berjalan mengikuti suaminya.  Kemudian mereka menemukan sebuah danau.  Istri gembira sekali sampai sampai dia berenang di danau itu.  Tetapi istri hampir tenggelam. Suaminya menjadi panik dan segera berenang menyelamatkan istrinya. Istri sangat senang kemudian istrinya mengukir di batu “aku sangat bahagia karena suamiku baik padaku.”

Hikmah :
Tulisan di pasir akan cepat hilang. Jadi ketika mendapatkan hal yang buruk dari orang lain tulis saja di pasir (cepat terhapus). Maknanya segera memaafkan supaya kita tidak terpengaruh dari keburukan tadi.

Kalau mendapat kebaikan maka ukirlah di batu agar selalu kita kenang sebagai kenangan yang membahagiakan. Maknanya ingatlah kebaikan orang lain supaya memotivasi kita untuk berbuat baik dan lebih baik lagi. Ingat Hukum Tarik Menarik


Jumat, 27 Agustus 2010

Berpikir Positif (Bagian ketujuh)

MINGGU ke 2 :
Tujuan : Mengetahui cara-cara terapi dengan berpikir positif
Materi : ilmu-ilmu caranya mempraktekkan berpikir positif  agar berpikir positif bisa menjadi akhlaq bagi yang mempratekkannya.

MENGUBAH HIDUP DENGAN MENGUBAH KATA-KATA

            Dalam pertemuan kemarin membahas langkah untuk mengubah hidup atau menghadapi masalah. Langkah-langkah tersebut adalah :
a. Pertama ubah persepsi kita. Mengubah cara pandang Anda terhadap situasi sulit dapat mengurangi stres (tekanan).
      Contoh : 
      Hidup itu mambahagiakan, Cari uang itu mudah, Masa lalu adalah guru terbaik, Memberi akan menerima, Kebaikan akan mendatangkan kebaikan 10-700 kali lebih, Semua takdir adalah baik atau berhikmah,sukses itu mudah, Bila kita bersyukur nikmat akan bertambah dll.
b. Cara mengubah persepsi yaitu pertama-tama dengan mengubah kata-kata
Contoh  :
Kegagalan --->  kesuksesan yang tertunda
Lupa ---> belum ingat
Tidak ada lowongan ---> belum ada lowongan
Sakit  ----> kurang sehat
Capek ---> kurang semangat

A. MENGAPA HARUS MENGUBAH KATA-KATA

Berapa kata yang kita ucapkan setiap hari. Tentu ratusan hingga ribuan kata. Kata-kata ada di mana-mana dan kitapun menggunakannya setiap saat. Ketika kita  menulis, kita menggunakan kata-kata. Ketika kita berbicara kita menggunakan  kata-kata. Ketika kita membaca, kita juga menggunakan kata-kata. Ketika kita  berpikirpun, kita senantiasa menggunakan kata-kata. Tahukah kita bahwa kata-kata merupakan salah satu hal yang bisa mempengaruhi  hidup kita?
            Kata-kata yg kita ucapkan dan pikirkan bukan saja menjelaskan hidup kita tetapi sebenarnya membentuknya. Kata-kata berdampak besar terhadap kehidupan kita; bahkan, percakapan di dalam diri kita menghasilkan sebagian besar pencapaian kita. Saringlah kata-kata yg negatif dan ubahlah agar menjadi kata-kata positif sehingga lisan dan tulisan kita selalu mendukung kita untuk memperoleh hasil-hasil yg menonjol, untuk mengubah sudut pandang, relasi, serta mendukung kemampuan kita utk mewujudkan hasrat-hasrat terdalam kita. Kata-kata yg positif juga berpengaruh pada kesejahteraan jasmani dan pembersihan emosional.
Rasulullah bersabda : “Perkataan yang paling disenangi oleh Allah adalah empat : Subhanallah, Alhamdulillah, Laa ilaha illallah dan Allahu Akbar. Tidak mengapa bagimu untuk memulai yg mana diantara kalimat tsb." HR.Muslim
 “Kecelakaanlah bagi setiap pengumpat lagi pencela.” (Q.S. Al-Humazah : 1)

Akan jauh lebih nikmat jika kita bisa melakukan sesuatu yg membuat orang lain erbahagia. Salah satu caranya yaitu dengan lebih banyak menceritakan kebaikan2 orang lain dari pada mencari-cari kelemahan dan kesalahan-kesalahannya ataupun keburukannya menurut asumsi kita sendiri. Kalaupun kita ingin mengingatkan ataupun mengkritik seseorang mulailah dengan pernyataan positif tentang orang yg dikritik dan akhiri dgn sesuatu yang positif. Gagasan kritik bisa kita selipkan di tengah-tengah pernyataan positif itu.....
            Dalam buku Pengaruh Kata-Kata Negatif terhadap Air (The Hidden Messages in Water) karya Prof. Emoto Masaru, seorang ahli teori gelombang telah mengadakan penelitian sehubungan dengan kata-kata negatif dan kata-kata positif. Ia melontarkan secara bergantian kata-kata yang positif seperti Hebat, Kamu Bisa, Terima Kasih, Aku Sayang Kamu dsb, serta kata-kata negatif seperti Goblok kamu, Saya tidak bisa, Menyebalkan, dllsbg, di atas permukaan air. Kemudian dengan suatu alat khusus ia mengamati citra yang dibentuk air sebagai akibat dari lontaran kata-kata tadi. Ternyata kata-kata negatif membentuk suatu citra yang rusak, tidak beraturan dan tidak estetis. Sebaliknya kata-kata positif membentuk suatu citra yang teratur rapi, beraturan dan bernilai estetika tinggi. Jika jiwa manusia dianggap sebagai air (toh bahan dasar manusia memang air), maka pengaruh kata-kata positif atau kata-kata negatif akan membentuk citra yang kira-kira sama dan tidak jauh berbeda pada hati dan jiwanya.
            Michael J. Losier dalam bukunya Law of Attraction mengatakan bahwa kata-kata kita mempunyai kekuatan yang dahsyat untuk mewujudkan getaran yang dipancarkannya. Jadi, mengapa kita harus menggunakan kata-kata yang tidak kita inginkan? Gunakan saja kata-kata yang mengungkapkan hal-hal yang menjadi  harapan kita agar hal-hal tersebut bisa terwujud. Bagaimana caranya? Simak yang  berikut.
Jangan terlambat.
Jangan mengambil rute itu.
Jangan panik.

            Sepertinya kalimat-kalimat ini baik-baik saja. Sepertinya semuanya menunjukkan  perhatian kita akan hal-hal positif. Tetapi,  ternyata kata-kata ini bisa mewujudkan hal-hal yang sebaliknya. Ketika  kita berkata "Jangan terlambat", sebenarnya kita memancarkan "energi"  kekhawatiran. Energi yang terpancar inilah yang akan membuat apa yang kita khawatirkan terwujud.
            Contoh : Ibu Emmy (seorang penulis sedang mempraktekkan keajaiban kata-kaya) Ia. senantiasa menggunakan taksi untuk pergi ke kantor. Untuk itu, ia selalu memesan taksi pada pembantunya (ketika jasa pesan taksi melalui telepon belum lazim). Pada suatu waktu, ia mendapat pembantu baru. Seperti biasa, Ibu Emmy memesan kepada pembantunya tersebut, "Mbak, tolong carikan taksi untuk saya. Taksi apa saja asalkan 'jangan' yang kuning, ya. Sekali lagi 'jangan' yang kuning." Beberapa saat kemudian, sang pembantu datang dengan menaiki taksi berwarna kuning! Ternyata, kata-kata terakhir Ibu Emmy yang senantiasa diulang itulah yang diingat oleh sang pembantu. Kata-kata ini berhasil terwujud. Kalau saja Ibu Emmy mengatakan, "Ambil taksi yang biru ya" dan mengulang kata-kata biru tersebut, dapat dipastikan Ibu Emmy juga akan mendapatkan taksi berwarna biru. Hasil survey juga membuktikan bahwa kata-kata yang kita gunakan memiliki energi untuk menggerakkan kita mewujudkannya. Jadi, gunakan kata-katayang memancarkan energi positif , yaitu kata-kata yang mengungkapkan harapan dan keinginan kita.
Setelah kita ketahui betapa sangat berbahayanya pengaruh kata-kata negatif bagi jiwa dan hati kita, maka kini tinggallah menetapkan pilihan pada tiap-tiap diri, apakah ia akan meneruskan kebiasaannya dengan kata-kata negatif tersebut dan menggantinya dengan  kata-kata positif yang akan mengobarkan semangat, membentuk kepercayaan diri, membangun kekuatan jiwa, menguatkan pengendalian emosi, dan pada akhirnya akan membentuk dirinya secara utuh sebagai manusia yang bertutur dengan tutur kata yang telah digariskan oleh Allah SWT. Manusia itu ketika berbicara dan berkomunikasi, kekerdilan diri ataupun kebesaran jiwanya akan tergambar jelas dari apa yang ia ucapkan dan dari ucapan-ucapan yang biasa ia terima. Maka orang besar hanya akan menjadi besar jika ia biasa mengucapkan kata-kata positif dan menerima kata-kata positif pula. Apatah lagi jika yang positif itu tidak hanya sebatas kata-kata, namun juga aplikasi cara hidup sehari-hari.

Dan janganlah kamu serahkan kepada orang-orang yang belum sempurna akalnya, harta (mereka yang ada dalam kekuasaanmu) yang dijadikan Allah sebagai pokok kehidupan. Berilah mereka belanja dan pakaian (dari hasil harta itu) dan ucapkanlah kepada mereka kata-kata yang baik. (QS. An-Nisa : 5).

Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari Bani Israil (yaitu): "Janganlah kamu menyembah selain Allah, dan berbuat baiklah kepada ibu bapak, kaum kerabat, anak-anak yatim, dan orang-orang miskin, serta ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia, dirikanlah shalat dan tunaikanlah zakat. Kemudian kamu tidak memenuhi janji itu, kecuali sebagian kecil daripada kamu, dan kamu selalu berpaling. (QS. Al-Baqarah : 83)

Dan apabila sewaktu pembagian itu hadir kerabat, anak yatim dan orang miskin, maka berilah mereka dari harta itu (sekedarnya) dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang baik. (QS. An-Nisa : 8)

·  Dan Rabbmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik pada ibu bapakmu dengan sebaik-baiknya. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berumur lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah kamu mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah kamu membentak mereka dan ucapkanlah kepada mereka perkataan yang mulia. ·  Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Rabbku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua telah mendidik aku waktu kecil". (QS. AL-Israa : 23 - 24)

·  maka berbicalah kamu berdua kepadanya dengan kata-kata yang lemah lembut mudah-mudahan ia ingat atau takut".  ·  Berkatalah mereka berdua: "Ya Rabb kami, sesungguhnya kami khawatir bahwa ia segera menyiksa kami atau akan bertambah melampaui batas"  ·  Allah berfirman: "Jangan kamu berdua khawatir, sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat". (QS. Thaa Haa : 44-46)

Dan hamba-hamba yang baik dari Rabb Yang Maha Penyayang itu (ialah) orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata (yang mengandung) keselamatan. (QS. Al-Furqaan : 63).

Kamis, 26 Agustus 2010

Taqwa

TAQWA ... WHAT WHY and HOW

Bismillaah ... Alhamdulillaah washalatu wassalamu’ala rasulillah wa ‘ala alihi wa ashabihi wa man tabi’ahum biihsanin ila yaumiddin.

Alhamdulillaah, segala puji hanya milik Allah Subhanahu wa ta’ala yang telah menurunkan kitab-Nya sebagai petunjuk dan pedoman hidup bagi manusia; yang telah mengutus Rasul-Nya sebagai hujjah atas mereka. Shalawat serta salam semoga tetap tercurah kepada junjungan kita Nabi Muhammad, para sahabat, dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik sampai hari kiamat nanti. Amiin.

Kaum muslimin yang kami cintai karena Allah, sesungguhnya Allah Subhanahu wa ta’ala menciptakan dunia dan isinya untuk kebutuhan manusia dan tidaklah kita jumpai makhluk lain yang menerima kenikmatan semisal mereka. Hal ini berdasarkan firman Allah Subhanahu wa ta’ala,

هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُم مَّا فِي الأَرْضِ جَمِيعاً ثُمَّ اسْتَوَى إِلَى السَّمَاء فَسَوَّاهُنَّ سَبْعَ سَمَاوَاتٍ وَهُوَ بِكُلِّ شَيْءٍ عَلِيمٌ

“Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan Dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu.” [QS. Al-Baqarah (1): 29]

Ini termasuk belas kasih Allah Subhanahu wa ta’ala dan nikmat-Nya yang diberikan kepada manusia. Namun perlu kita ketahui juga dengan nikmat yang banyak ini tidaklah Allah Subhanahu wa ta’ala menuntut apa-apa kepada manusia, melainkan hanya untuk beribadah kepada-Nya semata dan tidak beribadah kepada selain-Nya. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ

“Dan Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan supaya mereka menyembah-Ku.” [QS. Adz-Dzaariyaat (51): 56]

Sebuah perintah ibadah bukanlah untuk kepentingan Allah Subhanahu wa ta’ala, melainkan untuk kepentingan manusia itu sendiri. Dan beribadah kepada Allah Subhanahu wa ta’ala haruslah dilandasi dengan ketakwaan kepada-Nya.

Apa itu taqwa..??

Taqwa secara bahasa berarti waspada dan berhati-hati. Adapun taqwa secara istilah syariat adalah engkau mengamalkan ketaatan kepada Allah Subhanahu wa ta’ala dilandasi keimanan karena mengharap pahala-Nya dan engkau meninggalkan maksiat kepada-Nya dilandasi keimanan karena takut dari siksa-Nya. [disebutkan oleh Abu Nu'aim dalam Al-Hilyah(3/64)]

Dari definisi di atas dapat kita tarik kesimpulan bahwa tidaklah sebuah amalan dianggap sebagai ketaatan kecuali apabila dilandasi dengan keimanan (bukan karena kebiasaan, atau mengikuti hawa nafsu, mencari pujian dan popularitas) tidak !! sama sekali tidak. Dasarnya hanyalah keimanan dan tujuan akhirnya adalah mencari pahala dan keridhaan Allah Subhanahu wa ta’ala.

Urgensi taqwa

  1. Wasiat Allah yang berharga 
Taqwa merupakan sebuah jaminan untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat. Itulah wasiat Allah bagi orang-orang terdahulu juga umat sekarang. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَلَقَدْ وَصَّيْنَا الَّذِينَ أُوتُواْ الْكِتَابَ مِن قَبْلِكُمْ وَإِيَّاكُمْ أَنِ اتَّقُواْ اللّهَ

“ ... Dan sungguh Kami telah memerintahkan kepada orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan (juga) kepada kamu; agar bertaqwa kepada Allah.” [QS. An-Nisaa' (4): 131]

2.  Menjalankan perintah Allah dan Rasul-Nya

Taqwa merupakan sebuah perintah yang sangat agung, dimana Allah Subhanahu wa ta’ala perintahkan bukan hanya kepada manusia saja bahkan kepada para rasul-Nya. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

 ٥١. يَا أَيُّهَا الرُّسُلُ كُلُوا مِنَ الطَّيِّبَاتِ وَاعْمَلُوا صَالِحاً إِنِّي بِمَا تَعْمَلُونَ عَلِيمٌ ٥٢. وَإِنَّ هَذِهِ أُمَّتُكُمْ أُمَّةً وَاحِدَةً وَأَنَا رَبُّكُمْ فَاتَّقُونِ

“Hai para Rasul, makanlah dari makanan yang baik-baik dan kerjakanlah amal shalih. Sesungguhnya Aku Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan. Sesungguhnya agama tauhid ini adalah agama kamu semua, agama yang satu dan Aku adalah Rabb kalian, maka bertaqwalah kepada Ku.” [QS. Al-Mu'minuun (23): 51-52]

Begitu juga Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam sering mengingatkan para sahabatnya agar bertaqwa kepada Allah. Beliau bersabda,

“Bertaqwalah engkau dimana pun kamu berada.”[HR At-Tirmidzi, hasan]

3.  Sebaik-baik bekal Bekal yang hakiki adalah bekal yang terus menerus bermanfaat bagi pelakunya di dunia dan akhirat.

Adapun sebaik-baik bekal menuju negeri abadi adalah taqwa. Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَتَزَوَّدُواْ فَإِنَّ خَيْرَ الزَّادِ التَّقْوَى وَاتَّقُونِ يَا أُوْلِي الأَلْبَابِ

“ ... Berbekallah, sesungguhnya sebaik-baik bekal adalah taqwa dan bertakwalah kepada-Ku hai orang-orang yang berakal.” [QS. Al-Baqarah (2): 197]

Buah manis dari ketaqwaan

  1. Dicintai oleh Allah
Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

فَإِنَّ اللّهَ يُحِبُّ الْمُتَّقِينَ

“ ... Maka sungguh Allah menyukai orang-orang yang bertaqwa.”[QS. Al-'Imran (3): 76]

Seperti yang kita ketahui bersama jikalau Allah mencintai seorang hamba niscaya Dia akan mengabulkan permintaanya dan melindunginya dari apa-apa yang ia benci.

2.  Dimudahkan urusan dunia dan akhirat

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يَجْعَل لَّهُ مِنْ أَمْرِهِ يُسْراً

“ ... Dan barangsiapa yang bertaqwa kepada Allah niscaya Allah menjadikan baginya kemudahan dalam urusannya.” [QS. Ath-Thalaq (65): 4]

3.  Dilipat gandakan pahala

Allah Subhanahu wa ta’ala berfirman,

وَمَن يَتَّقِ اللَّهَ يُكَفِّرْ عَنْهُ سَيِّئَاتِهِ وَيُعْظِمْ لَهُ أَجْراً

“ ... Dan barangsiapa yamg bertaqwa kepada Allah, niscaya Dia akan menghapus kesalahan-kesalahannya dan akan melipat-gandakan pahala baginya.” [QS. Ath-Thalaq (65): 5]

4.  Masuk surga dan dijauhkan dari api neraka

Termasuk buah manis dari ketaqwaan adalah memasukkan pemiliknya kedalam surga dan menyelamatkan dari api neraka. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,

 ٧١. وَإِن مِّنكُمْ إِلَّا وَارِدُهَا كَانَ عَلَى رَبِّكَ حَتْماً مَّقْضِيّاً ٧٢. ثُمَّ نُنَجِّي الَّذِينَ اتَّقَوا وَّنَذَرُ الظَّالِمِينَ فِيهَا جِثِيّاً

“Dan tidak ada seorangpun daripadamu melainkan ia akan mendatangi neraka itu. Hal itu bagi Rabb-mu adalah suatu kepastian yang sudah ditetapkan. Kemudian kami menyelamatkan orang-orang yang bertaqwa dan membiarkan orng-orang yang zhalim di dalam neraka dalam keadaan berlutut.” [QS. Maryam (19): 71-72]

Bagaimana menjadi orang yang bertaqwa..??

Setelah kita mengetahui arti, urgensi, dan buah manis dari ketaqwaan tentulah kita ingin mengetahui kiat-kiat agar menjadi orang yang bertaqwa. Di antara kiat-kiat tersebut adalah:
  1. Menuntut ilmu agama
Tidak diragukan lagi bahwa menuntut ilmu adalah sebuah kewajiban bagi setiap muslim. Yang mana dengan ilmu tersebut seseorang dapat membedakan yang baik dan yang buruk. Yang dimaksud ilmu di sini adalah ilmu agama yang telah banyak dilupakan oleh mayoritas manusia.

2.  Berdo’a

Berdo’a merupakan hal yang mudah bagi setiap manusia dan hendaklah manusia selalu berdo’a agar diberikan ketaqwaan, seperti yang dilakukan Rasulullah shalallahu ‘alaihi wa sallam. Doa yang beliau panjatkan antara lain,

“Ya Allah, aku memohon kepada-Mu petunjuk, ketaqwaan, kesucian dan kecukupan.” [HR Muslim]

3.  Mentadabburi Al-Qur’an dan Hadist

4.  Berteman dengan orang yang bertaqwa

Rasulullah shalallahu’alaihi wa sallam bersabda,

“Seseorang dipandang dari agama temannya,maka hendaklah salah seorang di antara kalian melihat siapa yang menjadi temannya.”[HR Abu Daud]

Tidak semua orang layak dijadikan teman, hendaklah kita memilih teman yang dapat membantu kita dalam ketaqwaan kepada Allah.

5.  Meninggalkan dosa dengan segera

Sesungguhnya jiwa ini selalu memerintahkan kepada kejelekan, firman Allah Subhanahu wa ta’ala,

وَمَا أُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَا رَحِمَ رَبِّيَ إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ

“Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang.” [QS. Yusuf (12): 53]

Jikalau terbesit di benak kita keinginan bermaksiat, hendaklah kita membuang jauh-jauh fikiran tersebut agar kita selamat dari kubangan dosa dan menjadi hamba yang bertaqwa.

Allahu A’lam bisshawab.

[Muhammad Khaidir]

source: http://stdi.imam-syafii.or.id/

Lomba kebersihan kelas

Ini adalah foto-foto lomba kebersihan kelas dan juaranya Year 2 B

Foto pawai sambut ramadhan

Ini adalah foto saat pawai anak-anak SDIT Luqman Al Hakim menyambut bulan suci Ramadhan 1431 H.

Berpikir Positif (Bagian keenam)

F. MENGAKTIFKAN LOA DENGAN SYUKUR.

Setelah menonton film the Secret tahun 2007 silam, saya terus berlatih untuk mendapatkan apa yang saya inginkan dengan pesanan-pesanan positif kepada alam semesta. Menyadari apa yang kita pikirkan adalah pesanan, yang akan direspon alam semesta, seperti kita order makanan di counter warung cepat saji, saya lebih berhati-hati dengan pikiran saya. Sebelum saya mengenal Law Of Attraction / LOA (hukum ketertarikan), saya lebih menggunakan afirmasi dan kekuatan berpikir positif untuk mencapai impian-impian saya.
Di tahun 2003-2006 prahara terbesar dalam hidup saya, karena ternyata impian-impian yang saya raih dibarengi dengan membengkaknya hutang yang tidak terkendali. Ini sungguh membuat saya selalu khawatir sepanjang hari, ketakutan, stress dan depresi. Saat-saat seperti itulah, saya menemukan film the secret dari seorang sahabat trainer dari Bali. “Ini film bagus bro”, ungkapnya, sambil meyakinkan saya sedang membutuhkan film tersebut untuk mendesain ulang hidup saya. Memahami cara kerja alam semesta, kemudian menyelaraskan diri dengan hukum-hukum alam semesta itu, membuat banyak hal-hal yang saya inginkan, tercapai dengan lebih mudah.
Banyak hal-hal yang saya raih dengan mudah, semudah saya menginginkannya, menuliskannya, memastikan mengapa saya sangat membutuhkan hal tersebut serta menambahkan unsur emosi di dalamnya, banyak hal-hal kecil sampai besar yang hadir dalam hidup saya dengan cara yang mudah dan menyenangkan. Erbe Sentanu, dengan Quantum ikhlasnya memberi saya tambahan beberapa metode, yang menguatkan saya. Bagaimana mengontrol pikiran dengan positif feeling, bagaimana menggunakan music yang berfrekuensi alfa unttuk mendamaikan hati, bagaimana berafirmasi yang baik dan tidak membentur mental blok dalam diri saya.
Beberapa hal menarik terjadi dalam hidup saya, semisal, ketika saya mengetikkan artikel ini saya sedang bersiap pergi ke Surabaya untuk menjadi pembicara seminar, bersama seorang profesor di Universitas Airlangga, guru besar sekaligus dekan fakultas Ekonomi di Kampus tersebut, hanya karena beberapa minggu sebelumnya, saya sempat menyampaikan ke team saya, bahwa saya ingin sekali berbicara di kampus, sebagai pembicara di depan mahasiswa Pasca Sarjana. Tanpa saya sadari hal tersebut merupakan pesanan saya kepada alam semesta, karena kemudian ternyata ada pembaca buku saya, “Desain Ulang Hidup Anda” yang sekaligus dosen di berbagai perguruan tinggi, mengundang saya berbicara di Aula Pasca Sarjana salah satu Kampus terbesar di Surabaya itu.
Hal tersebut terjadi dengan  begitu mudah dan menyenangkan, begitulah cara alam semesta, mendorong kita untuk meraih tujuan kita. Saya membayangkan harus membuat proposal penawaran dan melibatkan team saya untuk meyakinkan pihak kampus, tetapi ini terjadi dengan sendirinya. Begitu juga, ketika saya merasa membutuhkan team IT, untuk mendukung personal branding saya, eh ternyata saya menemukannya dalam sebuah meeting kepanitiaan organisasi yang tidak ada hubungannya dengan IT. ketika saya membutuhkan desainer untuk buku saya, eh ada sahabat lama yang tiba-tiba kontak lewat Yahoo Mesengger minta dilibatkan dalam desain buku saya. Cool banget bukan?
Semalam, sebelum artikel ini dibuat, saya sedang mencari-cari judul buku apa yang tepat buat saya ya? Tentang pendidikan atau sales ya? Saya mengajak istri saya mensyukuri beberapa nikmat yang telah kami rasakan, mulai dari kamar tidur yang sekarang luas, anak-anak sudah bisa berenang, sudah tinggal di rumah impian, garasi yang besar, sekarang sudah jadi penulis, hutang yang tidak lagi membebani kami dll. setelah mengucapkan lebih dari 40 hal yang kami syukuri, eh tiba-tiba “judul buku, isinya dan sekaligus mindmapnya” nongol begitu saja dari pikiran bawah sadar.
Begitulah permainan-permainan kecil yang saya lakukan, untuk mengaktifkan Law Of Attraction (LOA) dalam kehidupan saya. meski tidak sesederhana itu, perlu latihan dan workshop untuk melatih diri, tapi anda bisa melatihnya di rumah anda sekarang.

Inilah yang bisa anda lakukan, untuk menarik lebih banyak nikmat dalam hidup anda, mulai hari ini:
1. Mensyukuri 50-100 hal yang bisa anda syukuri, menuliskan dan mengucapkannya akan lebih baik
2. Niatkan, apa yang anda inginkan dalam hidup ini, jangka pendek, jangka menengah maupun panjang. ingat, yang anda inginkan lho, bukan yang tidak anda inginkan ya.
3. Tersenyum dan bersyukurlah… anda boleh memikirkan kejadian-kejadian terindah dalam hidup anda….
4. Lakukanlah hal ini sesering mungkin… tidak perlu khawatir, apakah hal itu akan terjadi dalam hidup anda atau tidak, pasrahkanlah kepada sang pemilik hidup.
Semoga tips kecil ini bermanfaat... saya menyarankan anda, menyelaraskan diri dengan 6 hukum alam semesta lainnya yang anda perlukan untuk hidup sukses, bahagia dan berkelimpahan dalam buku “Desain ulang Hidup anda” Strategi Sukses, Bahagia dan Berkelimpahan dengan Holystic Power.

Rabu, 25 Agustus 2010

Berpikir positif (bagian kelima)

E. SIKAP HIDUP

Ada tiga tahap untuk membangun sikap hidup

1. Hidup diri, itu hidup fokus pada diri sendiri atau paling luas keluarga

2. Hidup maknawi yaitu kehidupan berhubungan dengan nilai-nilai bermakna tetapi masih belum kokoh, atau masih goyang, sehingga kadang-kadang sikap hidup masih berubah. Sudah menjalankan hukum Allah tetapi belum kokoh.
Contoh :
Hidup untuk beribadah tapi kadang masih terpengaruh oleh daya tarik dunia. Kadang hidup untuk Allah atau untuk beribadah kadang masih untuk diri sendiri/dunia.

 3. Hidup Ma’ani yaitu mendedikasikan hidup untuk kebajikan yaitu untuk menegakkan hukum Allah.

Beberapa bulan yang lalu, ada tamu di rmh orang tuaku. Prof, Doktor, dari MUI, dari DEPAG, dari DINSOS.

Mereka ustad-ustad dan sudah tua-tua dan berpenngalaman. Setelah acara usai, maka untuk kenang-kenangan mereka saya kasih selebaran seperti ini :

BAHAGIA / SENANG / PUAS

BAHAGIA = MEMBERI
SENANG = MENDAPAT DARI YANG LAIN / PUJIAN
PUAS = MENDAPAT ATAS USAHA SENDIRI

CONTOH KESENANGAN :
KORUPSI / JUDI / MABUK / MENDAPAT HARTA / MENEMUKAN UANG = ITU KESENANGAN TETAPI BUKAN KEBAHAGIAAN

CONTOH PUAS :
JUARA 1 / BERHASIL / SAMPAI FINISH = ITU KEPUASAN BUKAN KEBAHAGIAAN.

CONTOH KEBAHAGIAN :
BERDA’WAH / MEMBERI SOLUSI KEPADA ORANG LAIN / MENULARKAN ILMU / MEMBANTU ORANG / SEDEKAH

HATI-HATI KADANG-KADANG SENANG DAN PUAS MENYAMAR SEBAGAI KEBAHAGIAAN
BISA JADI DARI SESUATU YANG TIDAK HALAL

TETAPI KALAU MEMBERI ITU BERADA DIJALAN YANG BENAR DAN HALAL, SYARATNYA IKHLAS

MENJADI GURU / MENJADI KEPALA DUKUH / MENJADI TRAINER / PENGAJAR / DLL… TIDAK HANYA INGIN MENCARI KESENANGAN / KEPUASAN TETAPI MENCARI KEBAHAGIAAN, YAITU MEMEBERI : MENGAJAR / MEMBAHAGIAKAN ORANG LAIN / MEMBANTU / MEMBERI SOLUSI / MEMIKIRKAN / DLL…

MEMBERI ITU BERKALI-KALI SUDAH DIJAMIN OLEH ALLAH.
ANTARA LAIN :

Perumpamaan (nafkah yang dikeluarkan oleh) orang-orang yang menafkahkan hartanya di jalan Allah adalah serupa dengan sebutir benih yang menumbuhkan tujuh bulir, pada tiap-tiap bulir: seratus biji. Allah melipat gandakan (ganjaran) bagi siapa yang Dia kehendaki. Dan Allah Maha Luas (kurnia-Nya) lagi Maha Mengetahui. (QS. Al-Baqarah : 261)

"Barang siapa yang berbuat kebaikan, walau sebesar biji atom, dia akan melihatnya. Dan barang siapa yang berbuat kejelekan, walau sebesar biji atom, maka ia akan melihatnya pula" (QS. Al Zazalah : 7 - 8).

Kamu sekali-kali tidak sampai kepada kebajikan (yang sempurna), sebelum kamu menafkahkan sebagian harta yang kamu cintai. Dan apa saja yang kamu nafkahkan, maka sesungguhnya Allah mengetahuinya. (QS. Ali Imron : 92)

Katakanlah : "Sesungguhnya Rabb-ku melapangkan rezki bagi siapa yang dikehendaki-Nya diantara hamba-hamba-Nya dan menyempitkan (siapa yang dikehendaki-Nya)". Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya dan Dia lah Pemberi rezki yang sebaik-baiknya. (QS. Sabaa’ : 39)

....Dan barang apa saja yang kamu nafkahkan, maka Allah akan menggantinya....

ternyata mereka pada manggut-manggut, karena mereka merasa sudah setua ini,
ternyata baru terang benderang apa itu definisinya bahagia.

dengan berbagi hasil usaha maka itu = memberi kepada orang lain..
hasilnya adalah kebebasan waktu dan finansial..

...akan diganti minimal 10x lipat..

ya.. aku juga cuma dapat ilmu dari yang lain... nanti di alam kubur pasti ditanya dapat ilmu dari mana? terus dikemanakan?

kalo kebahagiaan diperoleh karena kaya, maka orang yang kaya saja yg bahagia..

sedangkan orang zuhud dan orang yg sederhana tdk akan bahagia..  iya kan pak?
mahatma gandi enggak punya apa-apa tetapi dia bahagia, karena hidupnya selalu memberi..

Selasa, 24 Agustus 2010

Pengurus Komite Kelas 3 B

Daftar pengurus komite kelas 3 B :

Ketua                                       : Barokah Semedi (Ayah Azzam)
Sekretaris                                 : Ambarsari Dewi (Ibu Indi)
Bendahara                                : Taszulit (Ibu Syifa)
Sie Pembinaan Orang Tua         : Ida Nurlaela (Ibu Difa)
Sie Kesiswaan                          : Sri Mardiyati (Ibu Gagas)

Pengurus Komite Kelas 3 A

Daftar pengurus komite kelas 3 A :

Ketua                                       : Rustina (Ibu Faruq)
Sekretaris                                 : Susi Ismawati (Ibu Atra)
Bendahara                                : Tri Marga Setyaningsih (Ibu Elang)
Sie Pembinaan Orang Tua         : Rury Kurniawati (Ibu Nida)
Sie Kesiswaan                          : Yeni Dwi Astuti (Ibu Hilmi)

Pengurus Komite Kelas 2 A

Daftar pengurus komite kelas 2 A :


Ketua                                       : Nurul Hasanah (Ibu Fida)
Wk.Ketua                                : Kusmarwanti (Ibu Afis)
Sekretaris                                 : Siti Rohaya (Ibu Haidar)
Bendahara                                : Dian Rahayuni (Ibu Nanete)
Sie Pembinaan Orang Tua         : Siti Nurlaela (Ibu Ali), Muhammad Abdillah (Ayah Qonita)
Sie Kesiswaan                          : Yuyun Yuniati (Ibu Fikri), Dadang Adianto (Ayah Zahra)

Berpikir Positif (Bagian keempat) lanjutan

WANITA DAN KUE
(Kita harus berprasangka baik)

Seorang wanita sedang menunggu di bandara suatu malam. Masih ada beberapa jam sebelum jadwal terbangnya tiba. Untuk mengisi waktu ia membeli buku dan sekantong kue di toko bandara, lalu mencari tempat untuk duduk. Sambil duduk wanita itu membaca buku yang baru saja dibelinya. Dalam keasyikannya, ia melihat lelaki disebelahnya dengan begitu berani mengambil satu atau dua potong dari kue yang berada diantara mereka. Wanita tersebut mencoba mengabaikan agar tidak terjadi keributan. Ia membaca, mengunyah kue dan melihat jam.Sementara si Pencuri Kue yang pemberani hampir menghabiskan persediaannya. Ia semakin kesal, sementara menit-menit berlalu.
Wanita itupun sempat berpikir: “Kalau aku bukan orang baik  sudah  kutonjok dia!“.
Setiap ia  mengambil satu kue, Si lelaki juga mengambil satu.
Ketika hanya satu kue tersisa, ia bertanya-tanya apa yang akan dilakukan lelaki itu.
Dengan senyum tawa di wajahnya dan tawa gugup, Si lelaki mengambil kue terakhir dan  membaginya dua.
Si lelaki menawarkan separo miliknya sementara ia makan yang separonya lagi.
Si wanita pun merebut kue itu dan berpikir : “Ya ampun orang ini berani  sekali, dan ia juga kasar malah ia tidak kelihatan berterima kasih”.
Belum pernah rasanya ia begitu kesal.
Ia menghela napas lega saat  penerbangannya diumumkan.
Ia mengumpulkan barang miliknya dan menuju pintu gerbang.
Wanita itupun enggan untuk menoleh pada si “Pencuri tak tahu berterima kasih”.
Ia naik pesawat dan duduk  di kursinya, lalu mencari bukunya, yang hampir selesai dibacanya. Saat ia  merogoh tasnya, ia menahan nafas dengan kaget.
Disitu ada kantong kuenya, di  depan matanya !
Kok roti milikku ada disini, erangnya dengan patah hati.
Jadi kue  tadi adalah milik lelaki itu dan ia mencoba berbagi. Terlambat untuk minta maaf, ia  tersandar sedih. Bahwa sesungguhnya dialah yang kasar dan tak tahu berterima kasih.
Jadi ternyata, dialah pencuri kue itu !

Hikmah :
Dalam hidup ini kisah pencuri kue seperti tadi kadang sering terjadi.
Kita sering  berprasangka dan melihat orang lain dengan kacamata kita sendiri serta tak jarang kita berprasangka buruk terhadapnya.
Orang lainlah yang selalu salah
Orang lainlah yang patut disingkirkan
Orang lainlah yang tak tahu diri
Orang lainlah yang berdosa
Orang lainlah yang selalu bikin masalah
Orang lainlah yang pantas diberi pelajaran
Padahal :
Kita sendiri yang mencuri kue tadi
Kita sendiri yang tidak tahu terima kasih.
“Kita sering mempengaruhi, mengomentari , mencemooh pendapat, penilaian atau  gagasan orang lain. Sementara sebetulnya kita tidak tahu betul permasalahannya.”

Senin, 23 Agustus 2010

Membeli Rasa Rindu

MEMBELI RASA RINDU
oleh: Muh Fauzil Adhim

Ada seorang lelaki datang pagi itu di bulan Ramadhan. Ia butuh teman yang mau mendengar suara hatinya, butuh kawan untuk berbagi perasaan tentang kesedihan hatinya yang sangat mendalam. Ada tangis tertahan, luka hati yang susah mengering, dan duka yang tak habis-habis ia kikis. Ia menangis bukan karena hilangnya harta. Ia menangis karena tak punya rasa rindu pada bapaknya. Ingin benar rasanya mengumpulkan seluruh perasaan yang ada agar hatinya dipenuhi kerinduan untuk bertemu dan berbuat baik pada bapaknya. Ingin rasanya seperti manusia-manusia lain; datang memeluk bapaknya setelah lama tak bertemu, memapah bapaknya yang sudah tak kuat berjalan dengan penuh rasa takzim demi meraih kunci surga karena baktinya. Tetapi perasaan itu telah mati, hampir tak ada lagi. Kalau saja rasa rindu itu bisa dibeli, ia ingin membelinya.

Sahabat kita ini tidak sendirian. Banyak orang-orang yang mengalami keperihan serupa. Diantara mereka ada yang merasakan pahitnya menahan rindu di saat kakinya belum kuat untuk berjalan, tetapi ia tidak mendapatkannya. Ada yang harus melakukan kenakalan yang memalukan demi merebut sepotong perhatian dari orangtua, tetapi tidak ada yang mereka dapatkan kecuali luka hati yang kian menyakitkan. Di saat keinginan untuk dekat itu sudah mati, dunia berubah. Bapaknya yang dulu sangat gagah, sekarang sudah tua renta. Bapaknya yang dulu bertabur kemakmuran, sekarang sudah perlu disantuni. Bapaknya yang dulu tak punya ruang sedikit pun untuk mengobati rasa rindunya, sekarang hari-harinya dipenuhi dengan keinginan untuk meraih sepotong perhatian darinya. Tetapi, seperti kata Nabi, "Barang siapa tidak menyayangi, dia tidak akan disayangi. " Man la yarham, la yurham (HR Muslim)

Pesan Nabi Saw ini mengingatkan saya pada peristiwa yang disebut dalam hadis shahih Bukhari, saat Rasulullah Saw mencium cucunya. Seorang pembesar bernama Aqra bin Habis at-Tamimi melihatnya, lalu berkata, "Aku punya sepuluh orang anak, tetapi tidak satupun dari mereka yang pernah kucium." Rasulullah Saw pun menjawab dengan ungkapan yang fasih, "Apa dayaku bila Allah telah mencabut kasih sayang dari hatimu!" Kalau di masa kecil anak-anak kita tidak pernah merasakan kasih sayang bapaknya, maka bukan salah ibunya kalau mereka TAK MEMILIKI RASA RINDU saat kita tua. Ibarat tanaman, perasaan ingin membahagiakan orangtua itu tak pernah terpupuk, sehingga sulit mengakar dalam hati.

Saya pernah bertemu dengan seorang ayah. Wajahnya tampak renta, menunjukkan usianya yang sudah sangat tua. Berjalan pun hampir tak bisa. Seorang anaknya, kebetulan, memiliki kekayaan yang berlimpah. Banyak negara yang telah dijelajahi untuk berwisata. Ke negeri tetangga, bisa dilakukan kapan saja. Yang tidak bisa CUMA SATU: MENGUNJUNGI AYAHNYA. Datang menengok ayahnya yang tua renta, seolah barang mewah yang lebih sulit dijangkau daripada negeri-negeri yang jauh. Di masa lalu, ayahnya hampir tidak pernah memberi perhatian, meski cuma berupa panggilan sayang. Ayahnya banyak berkecimpung dalam usaha-usaha agama. Tetapi bukan itu yang menyebabkan ia tak sempat mengusap anaknya. Anak-anak yang lain ia sekolahkan dengan baik. Seorang anaknya belajar di sebuah pesantren besar denqan dukungan fasilitas dari orang-tua yang lebih dari cukup. Anak-anak yang lainnya pun demikian, memperoleh pendidikan dan perhatian yang baik darinya. Tetapi anak yang satu ini, ia lupa. Ia lalai memperhatikannya, Agaknya, ada yang tidak sesuai dengan harapannya ketika anak itu lahir, sehingga semenjak kecil sudah 'disisihkan'. Kadang yang membuat anak 'tersisih' atau bahkan sengaja 'disisihkan' oleh orangtua adalah karena ia tidak secerdas saudara-saudaranya yang lain. Orangtua lebih memperhatikan anak yang cemerlang karena dianggap punya masa depan. Padahal banyak sarana yang hanya menjadi beban. Sementara tidak sedikit orang-orang yang secara formal pendidikannya lebih rendah, justru sangat mandiri dan memberi 'cahaya' pada umat.

Ada cerita lain yang sangat menyedihkan. Seorang remaja menelfon orangtuanya dan berkata, "Fuck you, moml" karena marah kepada orangtuanya. Ia hanya diberi uang, handphone, credit card dan fasilitas hiburan yang berlimpah di rumah, tanpa kasih sayang dan perhatiar', Tak ada yang bisa mendengarkan cerita-ceritanya. Ketika ia sedang gembira atau saat dirundung kesedihan luar biasa, satu-satunya yang mau mendengarkan hanya pembantu. Entah karena tulus atau karena takut. Bagi anak ini, nasihat tentang surga di bawah telapak kaki ibu menjadi BERITA YANG MENYAKITKAN TELINGA.
Sebab, kasih sayang seorang ibu adalah impian yang sangat sulit ia raih. Padahal ibunya tidak memiliki tanggung jawab khusus yang mengharuskannya banyak keluar rumah. Ibunya bukan seorang pejabat. Bukan pula da'iyah yang harus memberi penyadaran pada umat. Tetapi ia lebih sering di luar rumah daripada menemani anaknya belajar. Sedang bapaknya, lebih banyak di luar rumah. Bukan karena berjuang demi keluarga -apalagi agama-. Tetapi hanya sibuk menumpuk rupiah. Karenanya tak ada yang bisa dibanggakan oleh anak dari ibu maupun bapaknya.

Di tempat lain, ada ibu-ibu berpendidikan S-3 tetapi memberikan pendidikan kepada anaknya dengan kualitas SD. Ilmu yang didapatkannya dengan susah payah dari perguruan tinggi tidak digunakan untuk mendidik anaknya. Ia memilih untuk menerapkannya di luar dengan alasan agar tak sia-sia. Bukankah sebaik-baik ilmu adalah ilmu yang bermanfaat?, dalihnya
(saya jadi ingin bertanya, "Lalu untuk siapakah engkau menuntut ilmu itu?"). Walhasil, pendidikan anak cukup ditangani oleh pembantu saja. Bersyukur kalau pembantu memiliki tanggung jawab ukhrawi yang besar. Kalau ia hanya mencari keping-keping rupiah saja? Diam-diam saya jadi miris membayangkan anak-anak itu sesudah dewasa. Jika anak-anak tumbuh tanpa rasa hormat pada orangtua, apakah yang bisa menjamin kita agar mereka tidak durhaka pada bapak ibunya? Beruntung kalau anak-anak itu hatinya mendapat celupan agama. Sekalipun tak sanggup untuk membangkitkan rasa rindu dan hormat kepada orangtua, ia masih bisa MEMAKSAKAN DIRI untuk menyantuni mereka demi meraih ridho Allah. Tapi kalau iman mereka kosong? Saya tak dapat membayangkan. Tampaknya ada yang perlu dibenahi. Tentang niat kita mendidik anak. Tentang tujuan kita menyekolahkan mereka. Tentang arah hidup kita sendiri, juga tentang apa yang akan kita pertanggungjawabkan kelak di yaumil akhir.

Kiriman : Bintang Wisnuwardhani

Berpikir Positif (Bagian keempat)

D. KISAH INSPIRATIF DAN MOTIVASI

KISAH DUA ORANG PEMUDA
(Pikiran mempengaruhi hasil)

            Kisah dua sahabat Samir dan Mun’im. Setelah 10 tahun bekerja di sebuah perusahaan asuransi, pihak managemen memutuskan menggabung beberapa divisi untuk menekan pengeluaran yang berdampak negative pada perusahaan.  Buntut dari kebijakan ini adalah pengurangan karyawan, termasuk Samir dan Mun’im.  Langkah ini terpaksa diambil karena angka penjualan mereka merosot tajam.  Bagi dua sahabat ini, kebijakan perusahaan tak ubahnya mimpi buruk di siang bolong.   Mereka merasa telah memberikan yang terbaik untuk perusahaan.  Mereka terpaksa keluar dari perusahaan dengan perasaan sangat kecewa.
            Samir segera mencari jalan keluar.  Ia berkata kepada temannya, “Percayalah, Allah tidak mungkin membiarkan kita.  Dialah satu-satunya yang mengatur rezeki.  Karena itu, jangan cemas, Mun’im.  Besok kita cari pekerjaan lain.  Seperti kita biasa mendapatkan pekerjaan ini, kita pun bisa mendapatkan pekerjaan lain.”  Samir tampak sangat optimis.  Mun’im sebaliknya.  Ia kelihatan putus asa.  Mun’im berkata, “Kamu suka bermimpi, Samir.  Bagaimana mungkin kita bisa mendapatkan pekerjaan lain?! Tidakkah kau melihat sekitarmu?  Tidak ada lowongan!  Persaingan antarpekerja begitu ketat.  Aku yakin kita tersisih.  Sebaiknya kita pindah ke daerah lain.”
            Dua orang bersahabat itu akhirnya pulang ke rumah masing-masing.  Esok harinya, Samir mulai mencari pekerjaan tapi tidak berhasil.  Meski demikian, ia tidak patah arang.  Seminggu kemudian, ia mendengar kalimat yang sama, seperti yang diucapkan sahabatnya: “Tidak ada lowongan.  Tinggalkan saja surat lamaran Anda. Jika ada lowongan , kami akan menghubungi.”  Samir punmemutuskan untuk menerima pekerjaan lain di luar keahliaannya.  Yang penting halal dan tidak membuat Allah murka.
            Samir mendapatkan pekerjaan sebagai karyawan biasa di sebuah bank.  Ia sangat bahagia.  Setiap hari ia semakin terampil dan ia mau belajar lebih banya.  Kariernya terus meningkat, begitu pula penghasilannya.  Sembari tawakal kepada Allah, Samir terus berjuang hingga berhasil menjadi kepala cabang.  Di sisi lain, Mun’im sama sekali tidak berusaha mencari pekerjaan.  Kehidupannya dikungkung masa lalu dan peristiwa yang menimpanya.  Ia hanya bisa mengeluh, “Mereka memecatku sewenang-wenang.”  Kondisi jiwanya memburuk dari hari ke hari.  Akhirnya ia stress berat hingga ia merasa tidak berguna.  Ia berusaha bunuh diri lebih dari sekali.  Kehidupannya penuh dengan penderitaan dan beban kejiwaan.  Tak ayal, ia kemudian ditangani para dokter di rumah sakit jiwa.  Mun’im menderuta paranoid termasuk pada orang terdekatnya.  Ia menolak perubahan sekecil apa pun.  Ia habiskan waktu dengan tidur lama.  Ketika bangun, langsung menonton televise selama berjam-jam agar terhindar dari pikiran tentang perubahan.

Hikmah :
Ini adalah contoh kecil tentang kekuatan pikiran dan pengaruhnya.  Bagaimana pikiran itu menyebar, meluas, dan membuka data-data lama yang sejenis dengannya.  Kemudian pikiran itu membuat Anda konsentrasi padanya.  Selanjutnya ia mempengaruhi perasaan, sikap, dan hasil yang Anda dapatkan.  Pikiran itu membuat file baru yang memperkuat  dan memperdalam proses pembentukkan kepribadian anda dalam akal bawah sadar.
Jadi hidup adalah pilihan.  Kita mau pilih jalan yang mana?  Apakah jalan kepedihan atau kebahagiaan dll.  Kesedihan, penderitaan sebenarnya kita yang pilih   Kok bisa?  Ketika kita menghadapi kepedihan misalnya dipecat, bangkrut dll.  Anda mengkondisikan diri dengan marah-marah, menangis berhari-hari, cemberut, mengeluh ke mana-mana, dll.   Ini berarti kondisi yang kita pilih, berarti kita sedang memilih untuk tidak bahagia. 
Seharusnya kita memutuskan untuk memilih kondisi yang menguntungkan apa pun keadaannya.  Ingat, “setiap kejadian itu netral”.  Yang menurut orang itu kepedihan kesengsaraan itu sebenarnya netral, kita saja yang mempersepsikan sehingga sesuatu yang menyedihkan membuat kita tidak bergairah putus asa, dll.

Kisah di atas sebenarnya kejadiaannya sama tapi dipersepsikan berbeda.

Bagi Samir, dipecat dipersepsikan :
Samir yakin akan mendapat pekerjaan lagi.  Semua adalah  kehendak  Allah (semua takdir baik, berprasangka baik pada Allah/ada hikmahnya, rezeki Allah yang mengatur).  Dia berkata : “Percayalah, Allah tidak mungkin membiarkan kita.  Dialah satu-satunya yang mengatur rezeki.  Karena itu, jangan cemas, Mun’im.  Besok kita cari pekerjaan lain.  Seperti kita biasa mendapatkan pekerjaan ini, kita pun bisa mendapatkan pekerjaan lain.”
Terus berusaha dan pantang menyerah mencari pekerjaan walaupun persaingan ketat
Tawakal
Tidak mengeluh
Tidak sakit hati pada perusahaan yang dulu (berdamai dengan masa lalu)

Sedangkan Mun’im dipecat dipersepsikan :
Mun’im pesimis.  Mun’im berkata, “Kamu suka bermimpi, Samir.  Bagaimana mungkin kita bisa mendapatkan pekerjaan lain?! Tidakkah kau melihat sekitarmu?  Tidak ada lowongan!  Persaingan antarpekerja begitu ketat.  Aku yakin kita tersisih.  Sebaiknya kita pindah ke daerah lain.”
Mun’im sama sekali tidak berusaha mencari pekerjaan.  Energinya habis memikirkan masa lalu dan sakit hatinya, sehingga tidak bergairah/tidak semangat.
Mun’im tidak berprasangka baik kepada Allah dan tidak bersyukur.  Ia hanya bisa mengeluh, “Mereka memecatku sewenang-wenang.”

Kesimpulan:
Pikiran mempengaruhi hasil.

Berpikir ---> konsentrasi ---> perasaan ---> sikap --->  hasil (positif atau negative)

Hidup adalah pilihan.  Memilih bahagia atau menderita Setiap kejadian netral, kita saja yang mempersepsikan berbeda-beda. Langkah untuk mengubah hidup atau menghadapi masalah.

Pertama ubah persepsi kita.  Hidup itu mambahagiakan, Cari uang itu mudah, Masa lalu adalah guru terbaik, Memberi akan menerima, Kebaikan akan mendatangkan kebaikan 10-700 kali lebih, Semua takdir adalah baik atau berhikmah,sukses itu mudah, dll.

Cara mengubah persepsi yaitu pertama-tama dengan mengubah kata-kata
Contoh  :
Kegagalan ----> kesuksesan yang tertunda
Lupa  ----> belum ingat
Tidak ada lowongan ----> belum ada lowongan
Sakit  ----> kurang sehat
Capek ----> kurang semangat
Malas ---->  kurang bergairah
Istirahat ----> mengumpulkan energi
Tapi aku tidak punya motor ----> Walaupun tidak belum punya motor  aku tetap semangat

Minggu, 22 Agustus 2010

Berpikir Positif (Bagian ketiga)

C. KATA-KATA BERSIFAT MAGNETIS

Kata-kata bersifat magnetis yaitu dengan memperbanyak kalimat syukur. Hindari mengeluh. Ketika mengeluh, Anda melepaskan getaran negatif ke alam semesta yang akan menarik hal-hal negatif ke dalam hidup Anda. Begitu pula sebaliknya. Perhatikan betul kata-kata yang Anda ucapkan dan yang tidak terucapkan (di hati).” (Erbe Sentanu)

 “Dan kami akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur.”
(QS. Ali Imron : 145)

“Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan; "Sesungguhnya jika kamu bersyukur, pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih".”
(QS. Ibrahim : 7)

Dalam hal ini, At-Tirmidzi menukil sebuah hadits yang diriwayatkan dari Jabir bin Abdullah bahwa ia berkata, “Barangsiapa yang diberi kebaikan (kenikmatan), hendaklah ia membalasnya; Jika ia tidak punya sesuatu untuk membalasnya, hendaklah ia memuji pemberinya. Karena sesungguhnya apabila ia memuji berarti ia telah mensyukuri dan berterima kasih kepadanya. Akan tetapi, jika ia menyembunyikannya, berarti ia telah mengingkari kebaikannya.”

Dari An-Nu’man bin Basyir berkata, “Rasulullah saw. berkhutbah di atas mimbar menyampaikan sabdanya : ‘Barangsiapa tidak mensyukuri yang sedikit, berarti tidak bisa mensyukuri yang banyak. Barangsiapa tidak berterima kasih kepada manusia, berarti ia tidak bersyukur kepada Allah. Sesungguhnya menyebut-nyebut nikmat Allah adalah bersyukur dan meninggalkannya adalah kufur. Bersatu akan membawa rahmat dan bercerai-berai akan mendatangkan adzab’.” (Musnad Imam Ahmad, no. 17721)

Sabtu, 21 Agustus 2010

Berpikir Positif (Bagian kedua)

B. HUKUM TARIK MENARIK

Hukum ini berlaku seperti hukum gravitasi.  Jika kita memikirkan apa-apa yang kita suka hidup kita akan dipenuhi oleh hal itu.  Jika kita memikirkan hal-hal yang tidak kita suka, maka yang terjadi dalam hidup pun akan mencerminkan hal itu. Jika kita berpikir tentang keindahan berarti kita merencanakan keindahan untuk terjadi dalam hidup.
”Hukum tarik-menarik menjelaskan mengapa orang yang selalu merasa sial (sering mengumpat) justru sering mengalami kesialan, sementara orang yang selalu merasa beruntung dan menikmatinya (bersyukur)  akan sering mengalami keberuntungan. Oleh karena hukum tarik-menarik ini juga berlaku bagi pikiran dan perasaan Anda, bahkan dengan kapasitas yang sebenarnya justru lebih dahsyat, dapat dikatakan bahwa Anda sebenarnya ikut menciptakan kenyataan hidup Anda sendiri, apapun kenyataan yang terjadi” (Erbe Sentanu)
”Perlu Anda ketahui, berpikir tentang sesuatu, baik ataupun buruk, sama artinya dengan merencanakan sesuatu itu terjadi. Jika Anda berpikir tentang keindahan berarti Anda merencanakan keindahan untuk terjadi dalam hidup. Jika Anda berpikir (mencemaskan) tentang kesulitan, berarti Anda merencanakan kesulitan itu untuk terjadi dalam hidup.” (Erbe Sentanu)
”Anda perlu sangat waspada terhadap apa yang Anda pikir dan rasakan. Oleh karena pikiran dan perasaan Anda esensinya adalah doa juga. Dan hukum daya tarik menyatakan bahwa Anda menarik segala sesuatu yang Anda pikir dan rasakan tanpa memperdulikan  apakah Anda menginginkannya atau tidak. Tanpa kecuali, apa pun yang Anda beri fokus perhatian dengan memikirkannya, Anda langsung mulai menarik hal itu untuk hadir dalam diri Anda. Tanpa peduli apakah itu merupakan hal positif (Anda inginkan) ataupun negatif (tidak Anda inginkan).” (Erbe Sentanu)
”Alam vibrasi kuantum tidak meminta konfirmasi Anda tentang mana yang baik atau buruk. Ia langsung merespons pikiran sesuai sifatnya. Yaitu fokus per-ha-ti-an Anda. Kalau Anda fokus memikirkan sesuatu yang Anda sukai, berarti Anda sedang mengatakan: ”Ya, datanglah (kirimkanlah)….karena inilah yang saya suka”. Dan ketika Anda fokus memikirkan hal yang tidak Anda sukai, itu berarti Anda pun sedang mengatakan ”Ya, datanglah (kirimkanlah)…. karena inilah yang tidak saya suka”. Sekali lagi, alam semesta tidak bertanya apakah hal itu Anda suka atau tidak suka. Alam semesta melalui Hukum Daya Tariknya selalu memberikan (mengirimkan) apa pun yang Anda berikan perhatian dalam bentuk pikiran dan perasaan Anda”. (Erbe Sentanu)
”Hukum kuantum yang bekerja 24 jam tidak membantu orang mendapatkan apa yang ia inginkan, melainkan membantu orang mendapatkan apa yang ia fokuskan. Dan banyak orang ingin sukses (sekaligus khawatir), seringkali tidak menyadari bahwa justru ia sering fokus pada apa yang ia khawatirkan. Dan itulah yang terjadi.” (Erbe Sentanu)

Allah swt. berfirman. “Jika kamu berbuat baik, (berarti) kamu berbuat baik bagi dirimu sendiri…” (QS Al-Isra’: 7).

Dan firman Allah : “Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) seperti halnya Allah berbuat baik terhadapmu….” (QS. Al-Qashash: 77)

Hadits Nabi:
"Sesungguhnya Allah telah menetapkan kebaikan-kebaikan dan keburukan, lalu menguraikannya; barang siapa yang berkeinginan melakukan suatu amal baik, sementara ia belum dapat melakukannya maka baginya pahala yang sempurna. Jika ia sampai mengamalkannya maka Allah akan memberikan pahala sepuluh kebaikan, sampai berlipat tujuh ratus kebaikan, bahkan lebih banyak. Jika ia berkeinginan melakukan suatu kejahatan sementara ia tidak melakukannya maka baginya pahala satu kebaikan penuh. Dan jika berkeinginan melakukan suatu kejahatan dan ia melakukannya maka baginya satu ganjaran keburukan." (Bukhari-Muslim)

Dari Ibnu Mas”ud ra. bahwa Rasulullah saw bersabda: “Barangsiapa menunjukkan (seseorang) kepada kebaikannya, ia memperoleh pahala seperti pahala orang yang melakukannya.” (HR. Muslim)

Barang siapa berbuat kebaikan maka dia berpahala dan akan mendapat pahala dari orang yang mengikutinya. Barang siapa yang berbuat kejahatan maka dia berdosa dan akan mendapat dosa dari orang yang menirunya (HR. Bukori-Muslim)

Jumat, 20 Agustus 2010

Berpikir Positif (Bagian pertama)

MINGGU ke 1 :

Tujuan : Yang hadir / orang baru terikat / tertarik untuk datang terus berkelanjutan dan membuat mereka sadar akan hidup dengan berpikir positif sehingga dia selalu ingin mencari komunitas berpikir positif, dia akan tidak nyaman bergaul dengan lingkungan yang belum berpikir positif.

Materi : Mengapa berpikir positif

TERAPI BERPIKIR POSITIF

A. MENGAPA BERPIKIR POSITIF?

Perasaan dan perbuatan pasti dimulai dari pikiran. Pikiranlah yang menjadi pendorong setiap perbuatan dan dampaknya. Pikiran akan melahirkan mindset (pola pikir), mempengaruhi intelektualitas, fisik, perasaan, sikap, hasil, harga diri, kondisi jiwa, kondisi kesehatan, percaya diri dll. Proses berpikir yang pertama kita dapatkan dari orang tua, kemudian keluarga, masyarakat, sekolah, teman, media massa dan diri sendiri. Contoh : Jika seorang anak lahir dan diasuh dalam rumah tangga yang menyukai riya’ (beramal supaya dipuji orang lain/memamerkan amal), maka anak itu yang semula hanya meniru, lama-lama menjadi sifat/karakternya.

Manusia setiap hari menghadapi lebih dari 60.000 pikiran. Satu-satunya yang dibutuhkan sejumlah besar pikiran ini adalah pengarahan. Jika arah yang ditentukan bersifat negatif maka sekitar 60.000 pikiran akan keluar dari memori ke arah negatif. Dan sebaliknya jika pengarahannya positif maka sejumlah pikiran yang sama juga akan keluar dari ruang memori ke arah yang positif.

Pada tahun 1986 Fakultas Kedokteran San Francisco menyebutkan bahwa lebih dari 80% pikiran manusia bersifat negative. Hasil penelitian Ini menunjukkan bahwa nafsu cenderung menyuruh pada keburukan. Dengan hitung-hitungan sederhana 80% dari 60.000, berarti setiap hari ada 48.000 pikiran negative. Semua pikiran negative akan mempengaruhi perasaan, perilaku, serta penyakit yang mendera jiwa raga. Maka kita harus ekstra hati-hati dalam memilih pikiran di benak kita.

Dalam memanfaatkan kekuatan pikiran itu, tidak semata-mata hanya mendasar-kan aspeks kekuatan manusia belaka, dan sudah pasti ada campur tangan tangan Allah. Sedangkan campur tangan Allah, juga tidak lepas dari prasangka pikiran kita terhadap-Nya .

Sebagaimana firman-Nya, yang artinya ,” (yaitu) mereka (pertolongan Allah) datang kepadamu dari atas dan dari bawahmu, dan ketika penglihatan(mu) terpana dan hatimu menyesak sampai ke tenggorokan dan kamu berprasangka yang bukan-bukan terhadap Allah“, (Qs. Al-Ahzab 10).

Sebagaimana firman-Nya, yang artinya,” Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka sesungguhnya Aku dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apa bila ia berdoa kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi-Ku, dan hendaklah mereka beriman (yakin) kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran.“, (Qs. Al-Baqarah : 186).

Sebagaimana Rasulullah bersabda, yang artinya,” Aku (Allah) tergantung pada persangkaan hamba-Ku kepada-Ku dan Aku bersama hamba-Ku ketika dia mengingat-Ku. Jika dia mengingat-Ku dalam dirinya , maka Aku mengingatnya dalam diri-Ku. Jika dia mengingat-Ku ditengah orang banyak Aku mengingatnya ditengah orang banyak yang lebih baik daripada mereka.....”, (HR Bukhari Muslim.)

Sebagaimana diriwayatkan Ibn Hussain bahwa Rasulullah bersabda, yanga artinya,” Aku (Allah) berkata kepada semua penduduk langit dan bumi,” Mintalah kepada-Ku. Aku pun memberikan kepada masing-masing orang, pikiran apa yang terpikir pada semuanya“.

Marilah kita memahami arti pikiran dan terapinya agar pikiran kita selalu positif. Untuk membuat perubahan yang sempurna seperti yang kita inginkan, mulailah dari dalam diri. Senada dengan firman Allah “Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah keadaan suatu kaum hingga mereka mengubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri.” (Qs. Ar Ra’d : 11).

Marilah kita belajar (berilmu),berlatih dan berjuang menerapi pikiran kita. Tentu tidaklah sama orang yang berilmu dengan yang tidak berilmu. Allah berfirman, “Katakanlah, ‘Apakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (Qs. Az Zumar : 9)