sdit

sdit

Kamis, 09 Desember 2010

Berita Duka

Assalaamu 'alaikum wr wb

Innalillahi wa inna ilaihi roojiun, telah meninggal dunia dengan tenang ayahanda dari Ustadz Sofyan Akbar Budiman M.Pd. (Kepala Sekolah SDIT Internasional Luqman Al Hakim) hari ini Kamis tanggal 9 Desember 2010.
Segenap keluarga besar SDIT Internasional Luqman Al Hakim (yayasan, sekolah, guru, karyawan, dan pengurus komite sekolah beserta orang tua/wali) turut berduka cita sedalam-dalamnya atas wafatnya ayah dari Ustadz Sofyan, semoga amal ibadah almarhum diterima di sisi Allah SWT., diampuni segala dosa-dosanya, dan ditempatkan sesuai dengan amal perbuatannya selama di dunia. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi musibah ini. Amiin

 Wassalaamu 'alaikum wr wb

Senin, 22 November 2010

Lowongan guru

Informasi Lowongan Guru 
Dibutuhkan guru SDIT Internasional Luqman Al Hakim dengan syarat :
1). LULUSAN PTN. 
2). IPK 3.00. 
3). CURRICULUM VITAE. 
4). BERBAHASA INGGRIS AKTIF DAN LANCAR. 
5). Fc KARTU IDENTITAS (KTP/SIM). 
6). PAS FOTO 3X4 = 3 LBR. 
7). ANTUSIAS. 
8). BISA MENGAJAR ANAK USIA SEKOLAH DASAR. 
9). KOMUNIKATIF. 
10). Fc SERTIFIKAT/PIAGAM. 
11).... Fc IJAZAH. 
12). Fc TES TOEFL (jika ada)
 
Kirim Ke : SDIT Internasional Luqman Al Hakim.Jl.Karanglo, Jogoragan, Banguntapan, Bantul Yogyakarta. Telp. (0274) 372 615.
Paling Lambat 15 Desember 2010

Selasa, 09 November 2010

Tugas Art dan Desain kelas 2

Assalamualaikum

Ibu/Bapak yang terhormat, berikut kami sampaikan worksheet Art & Design: tahap evaluasi. Ananda diminta untuk mengevaluasi hasil karya yang kemarin sudah mereka buat, yaitu Pigura Foto dari kardus bekas.
Jazakumullah khoir.

http://alif.dte.ugm.ac.id/ADE.doc

Waalaykumusalam

Ust. Susi

Jumat, 29 Oktober 2010

Lowongan guru olahraga dan sejarah

Assalaamu 'alaikum wr wb

SDIT Internasional Luqman Al Hakim membutuhkan guru sejarah dan olahraga dengan persyaratan sebagai berikut :
- Lulusan PTN IPK 3.0, Jurusan Sejarah, Olahraga
- Bisa mengajar
- Komunikatif

Kirimkan CV, fotokopi ijazah, fotokopi transkrip, fotokopi identitas ke SDIT Internasional Luqman Al Hakim, Jalan Karanglo, Jogoragan, Banguntapan, Bantul. (Timur pasar kotagede) selambat-lambatnya tanggal 10 November 2010.

Wassalaamu 'alaikum wr wb

Kepala SDIT Internasional Luqman Al Hakim

Sofyan Akbar Budiman, M.Pd.

Sabtu, 16 Oktober 2010

worksheet kelas 2A dan 2B

Assalaamu 'alaikum wr wb

Bagi bapak/ibu orang tua wali yang menginginkan materi worksheet berupa soft copy bisa didownload di link berikut ini :
http://alif.dte.ugm.ac.id/sdit.rar 
Demikian, terima kasih.

Wassalaamu 'alaikum wr wb

Walikelas 2A dan 2B

Jumat, 08 Oktober 2010

Blackberry dan Doa Anak Untuk Orang Tua

Aku dan adik sayang mama
Tapi maaf ma.

Mengapa saat adik menangis kehausan,
Mama masih asyik BerBBM
Mengapa saat aku tidak bisa mengerjakan PR
Mama selalu bilang coba dulu pikir sendiri, sambil mata melotot ke BB
Mengapa saat aku tidak bisa memasang tali sepatu. Mama selalu menyuruh mbak untuk membantunya, sambil tangan mama lincah menyentuh BB

Aku dan adik sayang Papa
Tetapi, maaf Pa

Mengapa saat mama minta tolong ambilkan pampers untuk adik. Papa selalu bilang ambil sendiri, sambil tertawa di depan layar BB

Mengapa saat aku mengajak main bola. Papa selalu bilang papa lagi capek, tapi tanpa lelah balas BBM

Mengapa papa sekarang jarang sekali menyanyikan lagu saat membobokkan adik. Tapi papa asyik terus pegang BB
Mengapa papa sekarang jarang sekali baca cerita saat sebelum tidur. Tapi papa selalu pegang BB saat membobokkan aku

 Aku dan adik sayang Papa Mama

Tapi, maaf pa ma
Aku dan adik jadi benci BB, padahal papa mama menyayanginya
Karena sejak ada BB, papa jarang cium aku
Karena bila pegang BB, mama kalau ditanya PR selalu marah-marah
Karena bila ada bunyi BB, papa selalu melepaskan gendongan adik
Karena sejak ada BB, mama hanya bisa tertawa dengan BB
Karena sejak kerajingan BB, papa jarang maen perang-perangan lagi denganku

Aku dan adik sayang Papa Mama
Tapi, maaf pa ma
Aku pernah ajak adik berdoa, semoga BB papa mama selalu low bat.
Aku pernah ajak adik berdoa, mudah-mudah wajahku berubah jadi BB. Biar papa mama selalu pandangi aku terus

Aku pernah Ajak adik berdoa, supaya BB papa mama ketinggalan di kantor. Biar Aku dan adik bisa bersenang-senang seperti dulu lagi

Aku pernah ajak adik berdoa, supaya semua orang di rumah ini tidak beli BB kayak papa mama. Agar kalau papa mama mengacuhkan aku, aku bisa main dengan mereka

Papa dan Mama
Maafin aku dan adik

Dr Widodo Judarwanto SpA
Save Our Children
http://saveourchildren.wordpress.com

(Gerakan Matikan BB di Depan Anak)

Jumat, 24 September 2010

Berita duka

Assalaamu 'alaikum wr wb

Innalillahi wa inna ilaihi roojiun, telah meninggal dunia dengan tenang ayahanda dari Bp. Sukamto (Pengurus Yayasan) dalam usia 80 tahun kemarin Kamis tanggal 23 September 2010 pukul 16.00 WIB. Jenazah akan dikebumikan hari ini, Jum'at tanggal 24 September 2010 habis sholat jumat.
Segenap keluarga besar SDIT Luqman Al Hakim Internasional (yayasan, sekolah, guru, karyawan, dan pengurus komite sekolah beserta orang tua/wali) turut berduka cita sedalam-dalamnya atas wafatnya ayah dari Bp. Sukamto, semoga amal ibadah almarhum diterima di sisi Allah SWT., diampuni segala dosa-dosanya, dan ditempatkan sesuai dengan amal perbuatannya selama di dunia. Semoga keluarga yang ditinggalkan diberi ketabahan dan kesabaran dalam menghadapi musibah ini. Amiin

 Wassalaamu 'alaikum wr wb

Selasa, 21 September 2010

Jadwal khusus 1 minggu selama latihan pentas

Jadwal Khusus Y1
(Selama Ada Latihan Pentas)

 
Waktu
Senin
Selasa
Rabu
Kamis
Jumat
07.15 – 07.30
Morning motivation
07.30 – 08.00
Dhuha
08.00 – 08.30
BTHCQ
Morning Story
BTHCQ
Morning Story
BTHCQ
08.30 – 09.15
Market Day
PE
Literacy
Dien Al Islam
Motivation Story
09.15 – 09.45
Break
09.45 – 10.30
Mathematic
Science
Bahasa Indonesia
Social Science
Language Enrichment
10.30 – 11.30
Art & Design
Music
ICT
Drama
Integrated subject
11.30 – 12.15
Break dhuhur
12.15 – 12.30
Doa
12.30 – 14.30
Latihan pentas syawalan
  
Keterangan:  
1.      Jadwal ini hanya berlaku selama ada latihan untuk pentas syawalan (sampai Jumat tanggal 1 Oktober 2010).  
2.      Siswa wajib mengikuti salah satu latihan untuk pentas pada syawalan Sabtu tanggal 2 Oktober 2010. 3.      Mohon orang tua untuk memberikan motivasi kepada ananda agar selalu bersemangat mengikuti setiap latihan.
4.      Jika ada perubahan atau informasi terbaru insya Allah akan diinformasikan lebih lanjut.

Pengumuman Year I untuk pentas anak sholeh

Assalamualaikum wr  wb
Segala puji hanya bagi Allah, Dzat Yang Maha Kuasa atas Ilmu. Sholawat serta salam semoga selalu tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW, sahabat berserta umatnya hingga akhir zaman.
Sehubungan akan diadakanya pentas anak soleh pada acara Syawalan SDIT Internasional Luqman Al Hakim pada,
Hari/Tanggal      :  Sabtu , 02 Oktober 2010
Waktu               :  08.00 - selesai
Tempat              :  Gedung Serbaguna Kelurahan Jagalan

Guna memberikan pengalaman tampil di depan umum maka ananda wajib memilih salah satu dari pilihan pentas yang akan ditampilkan yaitu:
1.       Pentas TariLebaran
2.       Pentas Paduan Suara
3.       Hafalan Al- Fatihah dan artinya
Diharapkan orang tua/ wali murid dapat memotivasi ananda untuk dapat mengikuti salah satu pentas. Atas perhatiannya kami ucapkan jazakumullah khoiron katsir.
Wassalamualaikum wr  wb
Yogyakarta, 21 September 2010
koordinator Y1

Budi Tri Suranto, S.Pd

Nama    : ……………………………………………………………….
Silahkan lingkari pilihan pentas yang akan diikuti oleh ananda.  Pilihan pentas untuk Y1 yaitu:
1.       Pentas TariLebaran
2.       Pentas Paduan Suara
3.       Hafalan Al – Fatihah dan artinya
Mohon lembaran ini segera bisa diserahkan kepada  wali kelas masing-masing untuk segera kami data.

Rabu, 15 September 2010

AFTER RAMADHAN, WHAT SHOUD WE DO??

AFTER RAMADHAN, WHAT SHOUD WE DO?? Posting By N.S.A.F



Sahabat Fillah....
Ramadhan adalah bulan tarbiyah, bulan latihan untuk menjadikan kita sebagai hamba-Nya yang bertaqwa. Dengan taqwa kesulitan kita diberi jalan keluar, diberi rizki dari jalan yang tak di sangka-sangka, urusan kita dimudahkan, dan kesalahan kita dimaafkan. Dengan taqwa, kita akan selamat dan berbahagia di dunia dan akhirat. Amiin Insya Allah..



Ada lima semangat Ramadhan yang harus selalu kita miliki agar taqwa selalu bersama kita. Yaitu semangat belajar, beramal, bersabar, bersaudara dan peduli.

  • Ramadhan telah memotivasi kita untuk rajin  belajar
  • Ramadhan telah mengajak kita untuk memperbanyak  amal, di waktu siang dan malam hari.
  • Ramadhan telah melatih kita untuk  bersabar. Bersabar untuk taat kepada-Nya semata-mata, meninggalkan maksiat, menanggung ujian dan menerima takdir, dalam situasi dan kondisi apapun, dalam suka maupun duka
  • Ramadhan telah membimbing kita untuk  bersaudara. Perbedaan jumlah rakaat taraweh, perbedaan masjid tempat beri'tikaf, perbedaan penetapan awal dan akhir Ramadhan, dan perbedaan-perbedan lain-nya, tidak menghalangi kita untuk hidup bersama dengan harmonis.
  • Ramadhan telah mengajari kita untuk  peduli. Memberi makanan berbuka bagi orang yang berpuasa, memperbanyak infaq, mengeluarkan zakat, saling mendoakan. Adalah bukti kepedulian kita kepada sesama.
Disamping ke lima diatas, Bulan Ramadhan sesungguhnya menjadi saksi atas segala amalan yang kita kerjakan selama ini, apakah itu berupa keburukan dan maksiat, ataukah ibadah dan amal shaleh. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kita melakukan intropeksi mulai saat ini, melakukan muhasabah terhadap segala hal yang sudah kita lakukan di bulan Ramadhan yang telah berlalu. Agar Ramadhan tahun ini tidak berlalu begitu saja seperti Ramadhan-Ramadhan sebelumnya.

          Ada beberapa amalan yang mesti terus kita lakukan selepas bulan Ramadhan, baik yang wajib maupun yang sunnah, Mari kita bahas Sesuai dengan momment saat ini :


1.    Tetap selalu menjaga shalat fardhu berjamaah:

 


Selama bulan Ramadhan, kita sudah membiasakan diri untuk selalu terikat dengan masjid. Setiap kali suara azan dikumandangkan, kita ayunkan langkah kaki untuk mengerjakan kewajiban shalat bersama-sama dengan kaum muslimin secara berjamaah. Ketika Ramadhan telah berakhir, hendaknya muncul semangat baru yang berawal dari kebersihan hati dan jiwa. Energi besar ini harus terus menerus kita jaga, hingga tibanya Ramadhan berikutnya. Jika semangat itu tetap terjaga, kita akan semakin mudah melaksanakan shalat berjamaah, terlebih lagi pahala shalat berjamaah ini sangat besar, sebagaimana yang disabdakan Nabi r dari Abdullah bin Umar , bahwasanya  Rasulullah bersabda:

"Shalat berjamaah lebih baik dari shalat sendirian dua puluh derajat."  Dan dalam satu riwayat: "Dua puluh lima derajat."Muttafaqun 'alaih. (HR. al-Bukhari no. 1503, ini adalah lafazhnya, dan Muslim no. 984 dan 986.)

Dan dalam hadits yang lain, Rasulullah bersabda:

"Barangsiapa yang berwudhu di rumahnya, kemudian berjalan menuju salah satu rumah Allah I (masjid), untuk menunaikan salah satu kewajiban Allah I, niscaya salah satu langkahnya menggugurkan dosa dan yang lain meninggikan derajat." HR. Muslim no. 666.

Abu Hurairah t juga meriwayatkan dalam hadits yang lain, bahwa Nabi  bersabda:

"Barangsiapa yang pergi ke masjid, di pagi hari atau di sore hari, niscaya Allah I menyiapkan sorga sebagai tempat tinggalnya, setiap ia berangkat di pagi hari atau di sore hari." Muttafaqun 'alaih. HR. al-Bukhari no. 662, dan Muslim no. 669, ini adalah lafazhnya


2.    Melaksanakan shalat sunnah rawatib dan shalat-shalat sunnah lainnya:

 

Kita telah mendapatkan tarbiyah yang sangat berharga dari madrasah Ramadhan. Salah satunya adalah memperbanyak ibadah shalat-shalat sunnah seperti tarawih, witir, dan tahajjud. Dan setelah Ramadhan berakhir, hendaklah semangat yang telah kita peroleh dari madrasah Ramadhan itu jangan ikut pergi bersama berlalunya bulan Ramadhan.


Adapun di antara keutamaan shalat sunnah tersebut adalah:

a.      Sunnah rawatib : yaitu shalat yang dilaksanakan sebelum atau sesudah shalat fardhu:

Dari Ummu Habibah radhiyallahu 'anha, beliau berkata, "Aku mendengar Rasulullah  bersabda:

'Tidak ada seorang hamba yang melaksanakan shalat karena Allah   setiap hari sebanyak dua belas rekaat selain yang fardhu, kecuali Allah   membangun untuknya satu rumah di surga, atau melainkan dibangun untuknya satu rumah di surga." HR. Muslim. HR. Muslim no. 728.


          Sunnah-sunnah tersebut adalah 4 rakaat sebelum zuhur dan 2 rakaat sesudahnya, 2 rakaat setelah magrib, 2 rakaat setelah isya, dan 2 rakaat sebelum subuh, semuanya berjumlah 12 rakaat. Sunnah rawatib yang paling utama adalah dua rakaat sebelum shalat Subuh, dan sunnah rawatib ini boleh dilaksanakan di masjid dan boleh pula di rumah, dan yang lebih utama adalah di rumah.

berdasarkan sabda Nabi  :

"Laksanakanlah shalat di rumahmu, wahai manusia, maka sesungguhnya shalat yang paling utama adalah shalat seseorang di rumahnya kecuali shalat fardhu." Muttafaqun 'alaih. HR. al-Bukhari no. 731, ini adalah lafazhnya, dan Muslim no. 781

b.    Shalat Tahajjud: yaitu ibadah shalat yang dilaksanakan di malam hari dan Allah  memerintahkan kepada Rasul-Nya r agar selalu melaksanakannya:

Firman Allah :

Hai orang yang berselimut (Muhammad), * bangunlah (untuk shalat) di malam hari, kecuali sedikit (daripadanya), * (yaitu) seperduanya atau kurangilah dari seperdua itu sedikit, * atau lebih dari seperdua itu, Dan bacalah al-Qur'an itu dengan perlahan-lahan. (QS. Al-Muzammil :1-4)


Dan firman-Nya:



Dan pada sebagian malam hari shalat tahajudlah kamu sebagai suatu ibadah tambahan bagimu; mudah-mudahan Rabb-mu mengangkat kamu ke tempat yang terpuji. (QS. Al-Israa`:79)


Dan Rasulullah pernah ditanya tentang shalat yang paling utama setelah shalat fardhu, beliau menjawab:

"Shalat yang paling utama setelah shalat fardhu adalah shalat di tengah malam." HR. Muslim. HR. Muslim no. 1163.  


c.      Shalat Witir : yaitu shalat yang dilaksanakan setelah shalat Isya hingga terbit fajar yang kedua. Sekurang-kurangnya satu rekaat dan sebanyak-banyaknya sebelas atau tiga belas rekaat.

 Dari Abu Hurairah , ia berkata, 'Kekasihku (Rasulullah  ) berpesan kepadaku dengan tiga perkara, aku tidak akan meninggalkannya hingga mati: puasa tiga hari setiap bulan, shalat Dhuha dan tidur setelah shalat witir." Muttafaqun 'alaih.HR. al-Bukhari no. 1178, ini adalah lafazhnya, dan Muslim no. 721.]

          Ini adalah sebagian dari keutamaan shalat sunnah rawatib dan shalat sunnah yang lainnya. Di samping itu masih banyak shalat-shalat sunnah lainnya yang sangat dianjurkan untuk dilaksanakan, seperti shalat Dhuha, shalat Istikharah, shalat gerhana dan yang lainnya. Wallahu A'lam.


3.    Membaca al-Qur`an:



Tarbiyah lainnya selama madrasah Ramadhan yang telah kita jalani adalah membaca al-Qur`an. Kita harus mengucapkan puji syukur ke hadirat Allah, karena selama bulan Ramadhan, sebagian besar dari kita telah berhasil mengkhatamkan al-Qur`an minimal satu kali, atau paling tidak kita telah mampu membaca sekian juz dan surah selama bulan al-Qur`an yang mulia ini. Hal itu merupakan hidayah dan taufik yang tidak terhingga yang telah dianugerahkan Allah kepada kita.

Setelah berlalunya bulan yang mulia ini, muncul satu pertanyaan singkat, bagaimana setelah Ramadhan? Akankah energi membaca al-Qur`an yang sudah kita dapatkan selama bulan Ramadhan akan kita biarkan lepas dari kita setelah berlalunya bulan Ramadhan? Tentu kita tidak menghendaki hal seperti itu. Sedangkan satu hari masih tetap seperti biasa, yaitu 24 jam.

Sahabat Fillah,
Kalau dalam sehari kita mampu membaca majalah, surat kabar, atau bahan bacaan lainnya sekian halaman banyaknya, kenapa kita tidak berusaha untuk melakukan hal yang sama terhadap al-Qur`an? Padahal al-Qur`an adalah sumber pedoman hidup kita yang pertama, di samping hadits-hadits Rasulullah  sebagai sumber yang kedua. Cobalah kita membacanya paling tidak sekadar satu atau dua ayat sebelum atau sesudah shalat fardhu, tentu lebih baik lagi kalau kita bisa melakukan lebih dari itu. Setelah itu, cobalah kita membaca terjemahannya dan melakukan tadabbur (perenungan, penghayatan) terhadap ayat yang telah kita baca. Kalau itu bisa kita lakukan, kita akan bisa merasakan betapa indahnya agama Islam yang kita anut ini. Kalau kita membaca atau mendengar cerita orang-orang mendapat hidayah untuk memeluk Islam, sebagian besar dari mereka mendapatkan cahaya iman dari al-Qur`an yang penuh dengan nur Ilahi.

Sebagian kaum muslimin, pada saat ini, telah jauh dari al-Qur`an yang merupakan petunjuk paling utama dalam mengarungi kehidupan. Sementara para musuh Islam berusaha keras untuk menjauhkan kaum muslimin secara personal maupun kelompok dari al-Qur`an. Dalam buku 'Rencana Penghapusan Islam dan Pembantaian Kaum Muslimin di Abad Modern' yang ditulis oleh Nabil bin Abdurrahman al-Mahisy/13, disebutkan bahwa Jal Daston selaku perdana menteri Inggris mengemukakan bahwa selama al-Qur`an masih berada di tangan kaum muslimin, Eropa tidak akan bisa menguasai negara-negara Timur.

Merupakan satu keharusan bagi setiap muslim untuk selalu berinteraksi aktif dengan al-Qur`an, dan menjadikannya sebagai sumber inspirasi, berpikir, dan bertindak. Membaca al-Qur`an merupakan langkah pertama dalam berinteraksi dengannya, dan untuk menggairahkan serta menghidupkan kembali gairah dan energi kita dalam membaca al-Qur`an, berikut ini adalah sebagian di antara keutamaan al-Qur`an dan membacanya:

Firman Allah :

Sesungguhnya al-Qur'an ini memberikan petunjuk kepada (jalan) yang lebih lurus dan memberi khabar gembira kepada orang-orang Mu'min yang mengerjakan amal saleh bahwa bagi mereka ada pahala yang besar, (QS. Al-Israa`:9)



Hadits Rasulullah  yang diriwayatkan oleh al-Bukhari dari Utsman bin 'Affan, Nabi  bersabda:

"Sebaik-baik kamu adalah yang mempelajari al-Qur`an dan mengajarkannya."  HR. al-Bukhari no. 5027


Dan dalam hadits lain, dari Abu Umamah al-Bahili, Rasulullah  bersabda:


"Bacalah al-Qur`an, maka sesungguhnya ia akan datang pada hari kiamat memberikan syafaat kepada ahlinya." HR. Muslim.HR. Muslim no. 804

          Semoga Allah  memberi hidayah dan taufik kepada kita semua, serta memudahkan langkah kita untuk kembali kepada Kitabullah dan sunnah Nabi-Nya.


4.    Melaksanakan puasa-puasa sunnah:


Kita telah melaksanakan ibadah puasa selama sebulan penuh di bulan Ramadhan yang baru saja berlalu. Dan setelah bulan penuh berkah itu meninggalkan kita seiring perjalan waktu, hendaklah kita tidak meninggalkan ibadah puasa sunnah yang dianjurkan kepada kita di luar bulan Ramadhan. Di antara puasa-puasa sunnah dan keutamaannya adalah sebagai berikut:

a.     Puasa enam hari bulan Syawal:

Rasulullah  bersabda:


"Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan, kemudian meneruskannya berpuasa enam hari bulan Syawal, nilainya sama seperti berpuasa setahun penuh."HR. Muslim no. 1164]


b.     Puasa hari Arafah , yaitu hari ke sembilan di bulan Dzulhijjah: Rasulullah  pernah ditanya tentang puasa hari 'Arafah, beliau bersabda:

"Ia menebus (dosa-dosa) tahun yang lalu dan satu tahun berikutnya."HR. Muslim no. 1164 dan 197

c.    Puasa hari 'Asyura, yaitu berpuasa pada tanggal sepuluh bulan Muharram. Dan dianjurkan pula berpuasa di hari ke sembilannya, agar berbeda dengan kaum Yahudi: Rasulullah r pernah ditanya tentang puasa hari 'Asyura`, beliau menjawab:

"Ia menebus (dosa-dosa) satu tahun sebelumnya." HR. Muslim no. 1164 dan 197

d.    Puasa hari Senin dan Kamis , dan puasa hari senin lebih kuat dari segi dalil: Rasulullah  pernah ditanya tentang puasa di hari Senin, beliau menjawab:


"Itulah hari kelahiranku, dan aku dibangkitkan atau diturunkan (al-Qur`an) kepadaku."  HR. Muslim no. 1164 dan 197

e.      Puasa tiga hari setiap bulan pada tanggal 13, 14, 15 yang disebut puasa hari-hari putih, karena selama tiga hari itulah bulan purnama bersinar terang: dari Abu Dzarr, beliau berkata:


"Rasulullah r memerintahkan kami berpuasa tiga hari setiap bulan: hari ke 13, 14, dan 15."
Hasan/ HR. an-Nasa`i  4/222, at_Tirmidzi no. 761, dan Ibnu Hibban no. 3647 dan 3648. at-Tirmidzi berkata: 'Ini adalah hadits hasan'.


5.    Taubat dan Istighfar kepada Allah  :


Bulan Ramadhan yang mulia adalah bulan ampunan dan kebebasan dari api neraka. Di bulan yang penuh berkah itu, kita tentu telah memohon ampunan kepada Allah  atas segala dosa dan kesalahan yang pernah kita lakukan semasa hidup kita. Namun setelah Ramadhan berakhir, bukan berarti kita berhenti meminta ampun dan bertaubat kepada Allah. Justru kita selalu dianjurkan agar senantiasa memohon ampunan dan terus bertaubat kepada Allah. Banyak sekali perintah agar kita selalu bertaubat dan istighfar, baik yang terdapat di dalam al-qur`an atau pun dalam sunnah-sunnah Rasulullah, dan di antaranya adalah:

firman Allah :


Dan bertaubatlah kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung. (QS. An-Nuur:31)


Dan firman-Nya:

Hai orang-orang yang beriman, bertaubatlah kepada Allah dengan taubat yang semurni-murninya, …". (QS. At-Tahrim:8)

Rasulullah  bersabda:

"Wahai sekalian manusia, bertaubatlah kepada Allah   dan mintalah ampunan kepada-Nya, sesungguhnya aku bertaubat dalam sehari sebanyak seratus kali.'HR. Muslim.

Ayat dan hadits di atas dengan jelas memerintahkan kepada kita agar selalu bertaubat dan istighfar kepada Allah  atas segala kesalahan yang pernah kita lakukan. Rasulullah  di samping menyuruh kita, beliau juga selalu bertaubat dan meminta ampun kepada Allah  sampai seratus kali setiap hari. Lalu bagaimana dengan kita sudah sangat banyak melakukan kesalahan dan dosa sepanjang hidup kita.

Sahabatku,
Ada beberapa faedah yang bisa kita peroleh dengan selalu bertaubat dan istigfar, selain sebagai suatu kewajiban, di antaranya yang terpenting adalah yang difirmankan Allah :

Dan Allah sekali-kali tidak akan mengazab mereka, sedang kamu berada diantara mereka. Dan tidaklah (pula) Allah akan mengazab mereka, sedang mereka meminta ampun". (QS. Al-Anfaal :33)

Abu Musa al-Asy'ari ketika memberikan komentar terhadap ayat di atas, beliau mengatakan, 'Kami bisa merasa tenang pada masa hidup Rasulullah , karena kami yakin dengan pasti bahwa Allah  tidak akan pernah menurunkan azab-Nya kepada kami selama beliau  masih berada di tengah-tengah kami. Namun, setelah beliau telah tiada, tidak ada lagi yang bisa menahan turunnya azab Allah  kecuali kalau kita senantiasa meminta ampun kepada-Nya.'   
Wallahu A'lam.

Sahabatku...
Demikianlah beberapa perkara yang perlu diketahui dan diamalkan setelah berlalunya bulan Ramadhan, semoga Allah  memberikan taufik dan hidayah-Nya kepada kita agar bisa memahami dan mengamalkannya. Amin.

13 September 2010

Love you All Cause of Allah

♥♥ ♥♥
(¯'v´¯)
 '·.¸.·´
¸.·´... ¸.·´¨) ¸.·*¨)
(¸.·´ (¸.·´ .·´ ¸¸.·¨¯'·. ♥♥ Al faqir Ilmu N.S.A.F ♥♥

Sumber : Ust.Muhammad Iqbal Ahmad Gazali dan buku lainnya

Pengumuman lowongan guru OR

Assalaamu 'alaikum wr wb


Dibutuhkan guru olahraga dengan syarat berpendidikan S1 Olahraga, dilengkapi dengan CV, fotocopi ijazah, fotokopi KTP, Komitmen, Sertifikat, dan lain-lain. Surat lamaran beserta lampirannya diserahkan langsung ke SDIT Luqman Al Hakim Internasional selambat-lambatnya  1 bulan setelah pengumuman ini.
Wassalaamu 'alaikum wr wb


Headmaster

Sofyan Akbar Budiman, M.Pd.

Kamis, 09 September 2010

Selamat Idul Fitri


Assalaamu 'alaikum Wr Wb
Segenap keluarga besar Pengurus Komite Sekolah SDIT Luqman Al Hakim mengucapkan selamat Idul Fitri, Taqobbalallahu minna wa minkum, Minal Aidzin wal Faidzin. Mohon Maaf Lahir dan Batin, Semoga amal ibadah selama Bulan Suci Ramadhan tahun ini diterima Allah SWT, diampuni segala dosa-dosa kita, dan bisa menjadi pribadi yang taqwa. Amiin.
Wassalaamu 'alaikum Wr Wb.


Alif Subardono
Ketua Komite Sekolah

Senin, 06 September 2010

Ikhlash

YANG TERLUPA DARI KEIKHLASAN

oleh: Abu ‘Uzair Boris Tanesia
muroja’ah: Ustadz Ahmad Daniel, Lc

بسم ا لله الر حمن ا لر حيم

Ikhlas, suatu kata yang sudah tidak asing lagi di telinga kaum muslimin. Sebuah kata yang singkat namun sangat besar maknanya. Sebuah kata yang seandainya seorang muslim terhilang darinya, maka akan berakibat fatal bagi kehidupannya, baik kehidupan dunia terlebih lagi kehidupannya di akhirat kelak. Ya itulah dia, sebuah keikhlasan. Amal seorang hamba tidak akan diterima jika amal tersebut dilakukan tidak ikhlas karena Allah.

Allah berfirman yang artinya,
“Maka sembahlah Allah dengan mengikhlaskan agama kepada-Nya.” (Qs. Az Zumar: 2)

Keikhlasan merupakan syarat diterimanya suatu amal perbuatan di samping syarat lainnya yaitu mengikuti tuntunan Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam.

Ibnu Mas’ud Radhiyallahu anhu berkata, “Perkataan dan perbuatan seorang hamba tidak akan bermanfaat kecuali dengan niat (ikhlas), dan tidaklah akan bermanfaat pula perkataan, perbuatan dan niat seorang hamba kecuali yang sesuai dengan sunnah (mengikuti Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam)”

Apa Itu Ikhlas ?

Banyak para ulama yang memulai kitab-kitab mereka dengan membahas permasalahan niat (dimana hal ini sangat erat kaitannya dengan keikhlasan), di antaranya Imam Bukhari dalam kitab Shahih-nya, Imam Al Maqdisi dalam kitab Umdatul Ahkam, Imam Nawawi dalam kitab Arbain An-Nawawi dan Riyadhus Shalihin-nya, Imam Al Baghowi dalam kitab Masobihis Sunnah serta ulama-ulama lainnya. Hal ini menunjukkan betapa pentingnya keikhlasan tersebut. namun, apakah sesungguhnya makna dari ikhlas itu sendiri ?

Yang dimaksud dengan keikhlasan adalah ketika engkau menjadikan niatmu dalam melakukan suatu amalan hanyalah karena Allah semata, engkau melakukannya bukan karena selain Allah, bukan karena riya' (ingin dilihat manusia) ataupun sum’ah (ingin didengar manusia), bukan pula karena engkau ingin mendapatkan pujian serta kedudukan yang tinggi di antara manusia, dan juga bukan karena engkau tidak ingin dicela oleh manusia. Apabila engkau melakukan suatu amalan hanya karena Allah semata bukan karena kesemua hal tersebut, maka ketahuilah saudaraku, itu berarti engkau telah ikhlas. Fudhail bin Iyadh berkata, Beramal karena manusia adalah syirik, meninggalkan amal karena manusia adalah riya.”

Dalam Hal Apa Aku Harus Ikhlas ?

Sebagian manusia menyangka bahwa yang namanya keikhlasan itu hanya ada dalam perkara-perkara ibadah semata seperti sholat, puasa, zakat, membaca al qur’an , haji dan amal-amal ibadah lainnya. Namun, ketahuilah bahwa keikhlasan harus ada pula dalam amalan-amalan yang berhubungan dengan muamalah. Ketika engkau tersenyum terhadap saudarimu, engkau harus ikhlas. Ketika engkau mengunjungi saudarimu, engkau harus ikhlas. Ketika engkau meminjamkan saudaramu barang yang dia butuhkan, engkau pun harus ikhlas.

Tidaklah engkau lakukan itu semua kecuali semata-mata karena Allah, engkau tersenyum kepada saudaramu bukan karena agar dia berbuat baik kepadamu, tidak pula engkau pinjamkan atau membantu saudaramu agar kelak suatu saat nanti ketika engkau membutuhkan sesuatu maka engkau pun akan dibantu olehnya atau tidak pula karena engkau takut dikatakan sebagai orang yang pelit. Jadikanlah semua amal tersebut karena Allah.

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Ada seorang laki-laki yang mengunjungi saudaranya di kota lain, maka Allah mengutus malaikat di perjalanannya, ketika malaikat itu bertemu dengannya, malaikat itu bertanya, “Hendak ke mana engkau ?” maka dia pun berkata “Aku ingin mengunjungi saudaraku yang tinggal di kota ini.” Maka malaikat itu kembali bertanya “Apakah engkau memiliki suatu kepentingan yang menguntungkanmu dengannya ?” orang itu pun menjawab: “Tidak, hanya saja aku mengunjunginya karena aku mencintainya karena Allah, malaikat itu pun berkata “Sesungguhnya aku adalah utusan Allah untuk mengabarkan kepadamu bahwa sesungguhnya Allah mencintaimu sebagaimana engkau mencintai saudaramu itu karena-Nya.” (HR. Muslim)

Perhatikanlah hadits ini, tidaklah orang ini mengunjungi saudaranya tersebut kecuali hanya karena Allah, maka sebagai balasannya, Allah pun mencintai orang tersebut. Tidakkah engkau ingin dicintai oleh Allah?

Dalam hadits lain, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda, “Tidaklah engkau menafkahi keluargamu yang dengan perbuatan tersebut engkau mengharapkan wajah Allah, maka perbuatanmu itu akan diberi pahala oleh Allah, bahkan sampai sesuap makanan yang engkau letakkan di mulut istrimu.” (HR Bukhari Muslim)

Renungkanlah sabda beliau ini wahai ukhti, bahkan “hanya” dengan sesuap makanan yang seorang suami letakkan di mulut istrinya, apabila dilakukan ikhlas karena Allah, maka Allah akan memberinya pahala. Bagaimana pula dengan pengabdianmu terhadap suamimu yang engkau lakukan ikhlas karena Allah ? bukankah itu semua akan mendapat ganjaran dan balasan pahala yang lebih besar? Sungguh merupakan suatu keberuntungan yang amat sangat besar seandainya kita dapat menghadirkan keikhlasan dalam seluruh gerak-gerik kita.

Berkahnya Sebuah Amal yang Kecil Karena Ikhlas

Sesungguhnya yang diwajibkan dalam amal perbuatan kita bukanlah banyaknya amal namun tanpa keikhlasan. Amal yang dinilai kecil di mata manusia, apabila kita melakukannya ikhlas karena Allah, maka Allah akan menerima dan melipat gandakan pahala dari amal perbuatan tersebut. Abdullah bin Mubarak berkata, “Betapa banyak amalan yang kecil menjadi besar karena niat, dan betapa banyak pula amal yang besar menjadi kecil hanya karena niat.”

Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Seorang laki-laki melihat dahan pohon di tengah jalan, ia berkata: Demi Allah aku akan singkirkan dahan pohon ini agar tidak mengganggu kaum muslimin, Maka ia pun masuk surga karenanya.” (HR. Muslim)

Lihatlah, betapa kecilnya amalan yang dia lakukan, namun hal itu sudah cukup bagi dia untuk masuk surga karenanya. Dalam hadits lain Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam bersabda: “Dahulu ada seekor anjing yang berputar-putar mengelilingi sumur, anjing tersebut hampir-hampir mati karena kehausan, kemudian hal tersebut dilihat oleh salah seorang pelacur dari bani israil, ia pun mengisi sepatunya dengan air dari sumur dan memberikan minum kepada anjing tersebut, maka Allah pun mengampuni dosanya.” (HR Bukhari Muslim)

Subhanallah, seorang pelacur diampuni dosanya oleh Allah hanya karena memberi minum seekor anjing, betapa remeh perbuatannya di mata manusia, namun dengan hal itu Allah mengampuni dosa-dosanya. Maka bagaimanakah pula apabila seandainya yang dia tolong adalah seorang muslim ? Dan sebaliknya, amal perbuatan yang besar nilainya, seandainya dilakukan tidak ikhlas, maka hal itu tidak akan berfaedah baginya.

Dalam sebuah hadits dari Abu Umamah Al Bahili, dia berkata: Seorang laki-laki datang kepada Rasulullah dan bertanya: “Wahai Rasulullah, bagaimana pendapatmu tentang seseorang yang berperang untuk mendapatkan pahala dan agar dia disebut-sebut oleh orang lain?” maka Rasulullah pun menjawab: “Dia tidak mendapatkan apa-apa.” Orang itu pun mengulangi pertanyaannya tiga kali, Rasulullah pun menjawab: “Dia tidak mendapatkan apa-apa.” Kemudian beliau berkata: “Sesungguhnya Allah tidak akan menerima suatu amalan kecuali apabila amalan itu dilakukan ikhlas karenanya.” (Hadits Shahih Riwayat Abu Daud dan Nasai).

Dalam hadits ini dijelaskan bahwa seseorang yang dia berjihad, suatu amalan yang sangat besar nilainya, namun dia tidak ikhlas dalam amal perbuatannya tersebut, maka dia pun tidak mendapatkan balasan apa-apa.

Buah dari Ikhlas

Untuk mengakhiri pembahasan yang singkat ini, maka kami akan membawakan beberapa buah yang akan didapatkan oleh orang yang ikhlas. Seseorang yang telah beramal ikhlas karena Allah (di samping amal tersebut harus sesuai dengan tuntunan Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam), maka keikhlasannya tersebut akan mampu mencegah setan untuk menguasai dan menyesatkannya.

Allah berfirman tentang perkataan Iblis laknatullah alaihi yang artinya: Iblis menjawab: “Demi kekuasaan Engkau aku akan menyesatkan mereka semuanya, kecuali hamba-hamba-Mu yang ikhlas di antara mereka.” (Qs. Shod: 82-83).

Buah lain yang akan didapatkan oleh orang yang ikhlas adalah orang tersebut akan Allah jaga dari perbuatan maksiat dan kejelekan, sebagaimana Allah berfirman tentang Nabi Yusuf yang artinya “Demikianlah, agar Kami memalingkan dari padanya kemungkaran dan kekejian. Sesungguhnya Yusuf itu termasuk hamba-hamba Kami yang ikhlas. “ ( Qs. Yusuf : 24).

Pada ayat ini Allah mengisahkan tentang penjagaan Allah terhadap Nabi Yusuf sehingga beliau terhindar dari perbuatan keji, padahal faktor-faktor yang mendorong beliau untuk melakukan perbuatan tersebut sangatlah kuat. Akan tetapi karena Nabi Yusuf termasuk orang-orang yang ikhlas, maka Allah pun menjaganya dari perbuatan maksiat.

Oleh karena itu, apabila kita sering dan berulang kali terjatuh dalam perbuatan kemaksiatan, ketahuilah sesungguhnya hal tersebut diakibatkan minim atau bahkan tidak adanya keikhlasan di dalam diri kita, maka introspeksi diri dan perbaikilah niat kita selama ini, semoga Allah menjaga kita dari segala kemaksiatan dan menjadikan kita termasuk orang-orang yang ikhlas. Amin ya Rabbal alamin.


source: www.muslimah.or.id

Sabtu, 04 September 2010

Tafsir Surat al-Baqarah: 186

Tafsir Surat al-Baqarah: 186

وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي فَإِنِّي قَرِيبٌ أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي وَلْيُؤْمِنُوا بِي لَعَلَّهُمْ يَرْشُدُونَ

Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku, maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat. Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku, maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku dan hendaklah mereka beriman kepada-Ku, agar mereka selalu berada dalam kebenaran (al-Baqarah 2:186).

Latar belakang turunnya ayat tersebut:

Ibnul Jauzi dalam tafsirnya (I / 189) menyebut lima peristiwa:

Pertama: Seorang arab badui mendatangi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam kemudian berkata: Apakah Rabb kita dekat sehingga kita bermunajat (berbisik) dengan-Nya ataukah jauh sehingga kita menyeru-Nya? maka turunlah ayat ini.

Kedua: Yahudi Madinah berkata: Wahai Muhammad! Bagaimana Rabb kita mendengar doa kita sedangkan engkau menganggap antara kita dan langit berjarak perjalanan 500 tahun? Maka turunlah ayat ini.

Ketiga: Mereka (sahabat) berkata: Wahai Rasulullah! Seandainya kita mengetahui kapan waktu yang paling disukai Allah untuk kita berdoa dengan doa kami. Maka turunlah ayat ini.

Keempat: Sahabat-sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam berkata kepadanya: Di mana Allah? Maka turunlah ayat ini.

Kelima: Ketika diharamkan makan dan hubungan suami istri setelah bangun tidur pada masa awal-awal diwajibkannya puasa atas orang-orang Islam, seorang dari mereka (sahabat) makan setelah bangun tidur dan seorang behubungan suami istri setelah bangun tidur, maka mereka bertanya: Bagaimana cara bertaubat dari apa yang telah mereka lakukan?. Kemudian turunlah ayat ini.

Peristiwa-peristiwa tersebut sebagai latar belakang turunnya ayat ini juga disebutkan oleh Ibnu Jarir ath-Thabari (III / 223 – 225), Ibnu Katsir (II / 186 – 187), al-Baghawi (I / 204) dan al-Qurthubi (III / 177 – 178).

Tafsir:

Ibnu Jarir ath-Thabari berkata dalam tafsirnya (III / 222):

“Allah Jalla tsanaa’uhu dengan ayat tersebut bermaksud: Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepada engkau, wahai Muhammad, tentang Aku, Di manakah Aku? Maka sesungguhnya Aku adalah dekat dengan mereka, Aku mendengar doa mereka dan Aku menjawab doa orang yang berdoa di antara mereka”.

al-Baghawi dalam tafsirnya berkata (I / 204):

“Di dalam ayat ini ada yang tersirat, seakan-akan Allah berkata: Maka katakanlah kepada mereka bahwa sesungguhnya Aku adalah dekat dengan mereka dengan ilmu, tidak ada satupun yang tersembunyi, sebagaimana firman-Nya:

وَنَحْنُ أَقْرَبُ إِلَيْهِ مِنْ حَبْلِ الْوَرِيدِ

... , dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (Qaf 50:16)”


Ibnu Katsir menjelaskan dalam tafsirnya (II / 188):

“Ini seperti firman-Nya ta’ala:

إِنَّ اللهَ مَعَ الَّذِينَ اتَّقَوْا وَالَّذِينَ هُم مُّحْسِنُونَ

Sesungguhnya Allah beserta orang-orang yang bertakwa dan orang-orang yang berbuat kebaikan (an-Nahl 16:128),

sebagaimana firman-Nya kepada Nabi Musa dan Nabi Harun ‘alaihima as-salam:

إِنَّنِي مَعَكُمَآ أَسْمَعُ وَأَرَى

sesungguhnya Aku beserta kamu berdua, Aku mendengar dan melihat (Thaha 20:46),

dan maksud dari ayat ini bahwa Allah ta’ala tidaklah mengecewakan orang yang berdoa, dan tidak ada satupun yang menyibukkan-Nya (sehingga tidak mendengar), justru Dia maha mendengarkan doa. Di dalam ayat ini terdapat penyemangat untuk berdoa dan bahwa Allah ta’ala tidaklah mensia-siakannya (doa) ...”

asy-Syinqithi dalam Adhwa’ al-Bayan (I / 143) berkata:

“Allah menyebutkan dalam ayat ini bahwa Allah Jalla wa ‘Alaa dekat dan menjawab doa orang yang berdoa dan Allah menjelaskan dalam ayat yang lain adanya ketergantungan (syarat yakni) dengan kehendak-Nya. Ayat itu adalah:

فَيَكْشِفُ مَاتَدْعُونَ إِلَيْهِ إِن شَآءَ

maka Dia menghilangkan bahaya yang karenanya kamu berdoa kepada-Nya, jika Dia menghendaki (al-An’am 6:41),

Dan sebagian (ulama tafsir) berkata (tentang ayat 6:41): ketergantungan (dikabulkannya doa) dengan kehendak (Allah) adalah untuk doa orang-orang kafir sebagaimana dzahir konteks ayatnya (artinya doa orang kafir dikabulkan dengan syarat Allah menghendakinya). Sedangkan janji mutlak (dikabulkannya doa) adalah untuk doa orang-orang yang beriman. Doa-doa mereka (mu’min) tidaklah ditolak, mungkin diberikan langsung seperti yang mereka minta, atau Allah menyimpan (untuk di akhirat) hal yang lebih baik untuk mereka, atau Allah menghindarkan kejelekan dari mereka dengan takdir-Nya. Sebagian ulama berkata: Maksud dari doa adalah ibadah dan maksud ijabah (menjawab) adalah pahala (sehingga “Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku” bermakna: ”Aku memberikan pahala ibadah orang yang beribadah kepada-Ku apabila ia beribadah”), maka tidak ada kesulitan dalam memahaminya”.


al-Qurthubi berkata dalam tafsirnya (III / 177):

“Firman Allah Ta’ala:

وَإِذَا سَأَلَكَ

(Dan apabila mereka bertanya kepadamu ...)
bermakna: dan apabila mereka bertanya kepadamu tentang sesembahan mereka (Allah), maka beritahukan kepada mereka bahwa Dia adalah dekat, Dia memberi pahala atas ketaatan, menjawab orang yang berdoa dan mengetahui apa yang diperbuat hamba-Nya yang berupa puasa, shalat dan ibadah-ibadah yang lain”.

Beliau juga berkata (III / 178):

“Firman-Nya Ta’ala:

فَإِنِّي قَرِيبٌ

(Maka sesungguhnya Aku adalah dekat)
yakni: dengan jawaban-Nya, ada yang berkata: dengan ilmu-Nya. Ada juga yang berkata: dekat kepada wali-wali-Ku dengan memuliakan dan memberi nikmat pada mereka”.

Beliau melanjutkan (III / 178):

“Firman-Nya Ta’ala:

أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ


(Aku menjawab doa orang yang berdoa kepada-Ku)
yakni: Aku menerima ibadah orang yang beribadah kepada-Ku, maka doa tersebut bermakna ibadah kepada-Nya. Ijabah (menjawab) tersebut bermakna menerima ibadah mereka”.

Beliau melanjutkan (III / 184 - 185):

فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي

(Maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah-Ku))

Abu Raja’ al-Khurasani berkata: Maka hendaknya mereka berdoa kepada-Ku. Ibnu ‘Athiyah berkata: maknanya adalah: hendaknya mereka mencari jawaban (doa) mereka. Ini termasuk bab (wazan) istaf’ala yang bermakna thalaba (mencari sesuatu) kecuali seperti istaghnallah (yang bermakna menganggap yakni menganggap dirinya kaya atau cukup dari Allah). Mujahid dan yang lainnya berkata: maknanya: Hendaknya mereka menjawab (memenuhi panggilan) Ku terhadap apa yang telah aku serukan (panggil) pada mereka dari keimanan yakni : untuk taat dan beramal. Dikatakan: ajaaba dan istajaaba bermakna sama (yakni menjawab atau memenuhi panggilan).

Sedangkan ar-rasyaad (berpetunjuk) adalah kebalikan dari al-ghaiy (sesat) dari
rasyada yarsyudu rusydan.

al-Harawi berkata: ar-rusydu – ar-rasyadu – ar-rasyaadu : al-hudaa (petunjuk) dan al-isitqaamah (istiqamah) sebagaimana firman-Nya “la’allahum yarsyuduuna””.

Asy-Syaukani berkata dalam tafsirnya yakni Fathu al-Qadir (I/337):
“Firman ALLAH:
وَإِذَا سَأَلَكَ عِبَادِي عَنِّي
(Dan apabila hamba-hamba-Ku bertanya kepadamu tentang Aku,)

Salah satu kemungkinan maknanya adalah pertanyaan tentang dekat dan jauh-nya ALLAH sebagaimana ditunjukkan oleh:

فَإِنِّي قَرِيبٌ
(maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.)

Kemungkinan yang lain adalah: pertanyaan tentang dijawabnya doa yang telah dipanjatkan sebagaimana ditunjukkan oleh :

أُجِيبُ دَعْوَةَ الدَّاعِ إِذَا دَعَانِ
(Aku mengabulkan permohonan orang yang berdoa apabila ia memohon kepada-Ku,)

Kemungkinan yang lain adalah: pertanyaan tentang apa-apa yang lebih umum dari yang telah disebutkan (jauh dan dekat atau jawaban dari doa).

Firman-Nya:


فَإِنِّي قَرِيبٌ
(maka (jawablah), bahwasanya Aku adalah dekat.)

sebagian berkata: (dekat) dengan menjawab (doa), sebagian berkata: (dekat) dengan ilmu, sebagian berkata: dengan memberi nikmat ...”

Beliau juga berkata: “Dzahir dari makna “ijabah” (menjawab) adalah tetap kembali kepada makna bahasanya. Adapun bahwa doa adalah termasuk ibadah tidaklah melazimkan bahwa “menjawab” bermakna mengabulkan doa yakni menjadikannya ibadah yang diterima. Menjawab doa adalah perkara yang lain yang tidak sama dengan menerima ibadah (doa) tersebut. Sehingga maksudnya adalah bahwa ALLAH subhanahu menjawab dengan apa yang Dia kehendaki dengan cara yang Dia kehendaki. Kadang-kadang yang diminta diberikan dengan segera atau setelah waktu yang lama. Kadang-kadang yang berdoa dihindarkan dari bala’ (musibah) yang tidak dia ketahuinya dengan sebab dia berdoa. Ini semua dengan syarat tidak adanya hal yang melampaui batas dari orang yang berdoa dalam doanya sebagaiman firman ALLAH:

ادْعُوا رَبَّكُمْ تَضَرُّعًا وَخُفْيَةً إِنَّهُ لاَيُحِبُّ الْمُعْتَدِينَ
Berdoalah kepada Tuhanmu dengan berendah diri dan suara yang lembut. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas. (Al-A’raaf :55).

Termasuk melampaui batas dalam berdoa adalah meminta apa yang tidak berhak baginya, tidak pantas baginya, seperti orang yang meminta kedudukan di surga sama dengan kedudukan para nabi atau lebih tinggi.

Firmannya

فَلْيَسْتَجِيبُوا لِي

maka hendaklah mereka itu memenuhi (segala perintah) Ku

Yakni: sebagaimana Aku telah menjawab mereka apabila mereka berdoa kepada-Ku, maka hendaknya mereka menjawab-Ku terhadap apa yang Aku serukan kepada mereka dari keimanan dan ketaatan. Dan dikatakan bahwa maknanya adalah: Sesungguhnya mereka memohon jawaban ALLAH subhanahu terhadap doa-doa mereka dengan cara menjawab (seruan) ALLAH yakni dalam menegakkan apa-apa yang diperintahkan-Nya dan meninggalkan apa yang dilarang-Nya”.

Ibnu Rajab al-Hambali berkata dalam Rawai’u at-Tafsir (1/138-142):

“Dan tidaklah para sahabat Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam memahamai nash-nash ini selain makna yang benar yang dimaksud. Mereka mengambil faidah dengannya berupa ma’rifat (mengenali) keagungan ALLAH dan kemuliaan-Nya; pengawasan dan penglihatan-Nya atas hamba-hamba-Nya dan pengetahuan-Nya atas mereka; kedekatan-Nya pada hamba-hamba-Nya dan ijabah-Nya atas doa-doa mereka sehingga menjadikan mereka (sahabat) bertambah-tambah khasyah (takut) kepada ALLAH, mengagungan-Nya, memuliakan-Nya, segan kepada-Nya, muraqabah (merasa diawasi-Nya) dan rasa malu (kepada-Nya). Dan mereka beribadah kepada-Nya seakan-akan mereka melihat-Nya”.

Ibnu Rajab juga berkata:

“Kemudian muncul setelah mereka orang yang sedikit wara’nya, buruk pemahaman dan maksudnya, lemah pengagungan terhadap ALLAH, lemah rasa takut (kepada ALLAH) di dalam dadanya. Mereka ingin dilihat manusia sebagai orang yang istimewa dengan pemahaman yang dalam dan kuatnya pemikiran, hingga beranggapan bahwa nash-nash ini menunjukkan bahwa ALLAH dengan dzat-Nya ada di setiap tempat sebagaimana dikisahkan pemahaman tersebut dari kelompok-kelompok jahmiyyah, mu’tazilah dan yang sejalan dengan mereka, sungguh Maha tinggi ALLAH dari apa yang mereka katakan. Pemahaman ini tidaklah terlintas pada orang sebelum mereka dari kalangan para sahabat radhiallahu ‘anhum. Mereka (jahmiyyah, mu’tazilah dan yang sejalan) adalah termasuk orang yang mengikuti apa yang mutasyabih dan mencari fitnah dan ta’wilnya. Dan sungguh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam telah memperingatkan ummatnya dari mereka dalam hadits ‘Aisyah yang shahih dan muttafaqun ‘alaihi (al-Bukhari dan Muslim)”.

“Mereka juga terperangkap dengan pemahaman mereka yang lemah dengan maksud yang rusak terhadap ayat-ayat di dalam Kitab ALLAH (al-Quran) seperti firman-Nya:

وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَاكُنتُمْ

Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. (QS al-Hadid: 4)

dan firman-Nya:

مَايَكُونُ مِن نَّجْوَى ثَلاَثَةٍ إِلاَّ هُوَ رَابِعُهُمْ

Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. (QS al-Mujaadilah: 7)

Sebagian ulama salaf berkata berkaitan dengan ayat tersebut: ALLAH tidak bermaksud kecuali bahwa Dia bersama mereka dengan ilmu-Nya. Mereka (para ‘ulama salaf) bermaksud membatalkan apa yang dikatakan oleh mereka (jahmiyyah, mu’tazilah dan yang sejalan) yang tidak pernah dikatakan dan difahami dari al-Quran oleh orang sebelum mereka”.

“Termasuk yang berkata bahwa kebersamaan (ma’iyah) ini adalah dengan ilmu-Nya (bukan dengan dzat-Nya) adalah Muqatil bin Hayyan dan diriwayatkan darinya bahwa beliau meriwayatkan dari ‘Ikrimah dari Ibnu ‘Abbas”.

“Perkataan ini juga dikatakan oleh Adh-Dhahhak, beliau berkata: ALLAH di atas ‘arsy-Nya dan ilmu-Nya di setiap tempat”.

“Perkataan serupa juga diriwayatkan dari Malik, ‘Abdul ‘Aziz bin al-Majisyun, Ats-Tsauri, Ahmad, Ishaq dan selain mereka dari pada imam-imam salaf”.

“al-Imam Ahmad meriwayatkan: terlah bercerita kepada kami ‘Abdullah bin Nafi’, beliau berkata, Malik berkata: ALLAH di atas langit dan ilmunya di setiap tempat”.

“Makna ini juga diriwayatkan dari ‘Ali dan Ibnu Mas’ud”.

“Al-Hasan berkata tentang firman-Nya Ta’ala:

إِنَّ رَبَّكَ أَحَاطَ بِالناَّسِ

Sesungguhnya Tuhanmu meliputi segala manusia (QS al-Israa: 60)

Beliau (al-Hasan) berkata: ilmu-Nya terhadap manusia”.

“Ibnu Abdil Barr dan yang lain menceritakan adanya ijma’ (kesepakatan) ulama dari kalangan sahabat dan tabi’in tentang ta’wil (tafsir) firman-Nya:

وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَاكُنتُمْ

Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. (QS al-Hadid: 4)

bahwa maksudnya adalah ‘ilmunya”.

“Semua ini mereka maksudkan sebagai bantahan terhadap orang yang berkata: sesungguhnya Dia (ALLAH) Ta’ala dengan dzatnya ada di setiap tempat”.

Sebagian orang yang mengaku pandai beranggapan bahwa apa yang dikatakan oleh para imam tersebut adalah salah, karena ilmu ALLAH adalah sifat yang tidak berpisah dari dzat-Nya. Ucapan ini adalah buruk sangka dengan para imam-imam Islam karena mereka tidaklah bermaksud seperti apa yang dia sangka. Mereka tidak bermaksud kecuali bahwa ilmu ALLAH melekat dengan (meliputi) apapun yang ada di seluruh tempat oleh karena itu apa ada di seluruh tempat tersebut adalah apa yang ALLAH ilmui (ketahui) bukan sifat dari dzat-Nya. Sebagaimana isyarat itu ada dalam al-Quran dengan firman-Nya:

وَسِعَ كُلَّ شَىْءٍ عِلْمًا

Pengetahuan-Nya meliputi segala sesuatu (QS Thaha: 98)

dan

رَبَّنَا وَسِعْتَ كُلَّ شَىْءٍ رَّحْمَةً وَعِلْمًا

Ya Tuhan kami, rahmat dan ilmu Engkau meliputi segala sesuatu (QS Ghafir: 7)

serta

ثُمَّ اسْتَوَى عَلَى الْعَرْشِ يَعْلَمُ مَايَلِجُ فِي اْلأَرْضِ وَمَايَخْرُجُ مِنْهَا وَمَايَنزِلُ مِنَ السَّمَآءِ وَمَايَعْرُجُ فِيهَا وَهُوَ مَعَكُمْ أَيْنَ مَاكُنتُمْ

Kemudian Dia bersemayam di atas `Arsy Dia mengetahui apa yang masuk ke dalam bumi dan apa yang keluar daripadanya dan apa yang turun dari langit dan apa yang naik kepadanya. Dan Dia bersama kamu di mana saja kamu berada. (QS al-Hadid: 4)”.

“Harb berkata: Aku bertanya Ishaq tentang firman-Nya:


مَايَكُونُ مِن نَّجْوَى ثَلاَثَةٍ إِلاَّ هُوَ رَابِعُهُمْ

Tiada pembicaraan rahasia antara tiga orang, melainkan Dia-lah yang keempatnya. (QS al-Mujaadilah: 7)

Beliau berkata: Di manapun engkau ada, Dia lebih dekat kepadamu dari pada urat lehermu dan Dia terpisah dari makhluknya.

Dan bukanlah sifat dekat ini seperti dekatnya makhluk seperti yang telah diketahui sebagaimana disangka oleh orang-orang yang sesat. Sifat dekat ini adalah dekat yang tidak menyerupai sifat dekat dari makhluk sebagaimana Yang disifati (dengan dekat) adalah:

لَيْسَ كَمِثْلِهِ شَىْءُُ وَهُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ

“Tidak ada sesuatu pun yang serupa dengan Dia, dan Dia-lah Yang Maha Mendengar lagi Maha Melihat.” QS asy-Syura: 11.

Seperti ini juga perkataan tentang hadis-hadis nuzul (turunnya ALLAH) ke langit dunia, sesungguhnya sifat nuzul itu semacam sifat dekatnya Rabb kepada orang yang berdoa kepada-Nya, meminta kepada-Nya dan mohon ampun kepada-Nya.

Hammad bin Zaid pernah ditanya tentang hal teresebut, maka beliau berkata: Dia ada di tempat-Nya mendekat pada makhuqnya sebagaimana yang Dia kehendaki.

Maksudnya bahwa nuzul-Nya tidaklah berpindah dari satu tempat ke tempat lain seperti nuzulnya makhuq-makhluk.

Hanbal berkata: Aku bertanya kepada Abu Abdillah: Apalah ALLAH turun ke langit dunia? Beliau menjawab: betul. Aku berkata: Turun-Nya dengan ilmunya atau dengan apa? Beliau menjawab: Diamlah engkau dari hal ini, ada apa denganmu dengan ini? Beliau berkata: Baiklah, biarkanlah hadis itu atas apa yang diriwayatkan tanpa bagaimana tanpa batasan kecuali dengan apa-apa yang dibawa oleh atsar-atsar (riwayat-riwayat) dan apa-apa yang dibawa oleh al-Kitab (al-Quran). ALLAH berfirman:

فَلاَ تَضْرِبُوا لِلَّهِ اْلأَمْثَالَ

“Janganlah engkau mengadakan persamaan-persamaan bagi ALLAH ...” QS an-Nahl: 74.

Dia (ALLAH) turun (nuzul) sebagaimana yang Dia kehendaki dengan ilmu-Nya, qudrah-Nya, dan keagungan-Nya. Dia -yakni ilmuNya- meliputi segala sesuatu. Orang yang berusaha mensifati-Nya tidak akan mencapai derajat (ketinggian) Nya. Tidak akan jauh dari-Nya ‘azza wa jalla, orang-orang yang berlari (menjauh dari-Nya).

Maksudnya: Bahwa nuzul-Nya Ta’ala bukanlah seperti nuzulnya makhluk-makhluk akan tetapi nuzul-Nya adalah nuzul yang sesuai dengan qudrah-Nya, keagungan-Nya dan ilmu-Nya yang meliputi segala sesuatu. Sedangkan makhluk-makhluk tidak bisa meliputi ALLAH dengan ilmu pengetahuan. Mereka hanya mampu sampai kepada apa yang ALLAH khabarkan kepeda mereka tentang diri-Nya dan apa yang dikhabarkan tentang-Nya oleh Rasul-Nya.

Oleh karena itu salaf shalih sepakat atas membiarkan nash-nash ini sebagaimana datangnya tanpa tambahan dan pengurangan. Sedangkan apa-apa yang sudah difahami dari nash-nash (sifat) itu dan apa apa yang terbatasnya akal dalam mengetahui hakikatnya diserahkan kepada yang mengetahuinya.

Selesai ucapan Ibnu Rajab al-Hambali rahimahullah.

al-Qasimi dalam tafsirnya (II/431) menjelaskan makna qarib (dekat):
“Maknanya Yang dekat kepada hamba-Nya dengan cara mendengar doanya, melihat hambanya merendahkan dirinya (sungguh-sungguh memohon), dan dengan ilmu-Nya.”


Dari penjelasan para ulama di atas beberapa pelajaran yang bisa didapatkan adalah:

ALLAH Ta’ala dekat (qarib) dengan hamba-hamba-Nya dengan ilmunya bukan dengan dzat-Nya. Dzat ALLAH ada di atas ‘Arsy-Nya di atas langit sebagaimana tersebut dalam al-Qur’an dan as-Sunnah dengan pemahahaman para salaf. Sifat dekat ALLAH tidak menyerupai apapun dari makhluknya dan begitu pula sifat-sifat-Nya yang lain.

Manhaj para salaf dari kalangan para sahabat, tabi’in dan tabi’ut tabi’in dalam nama-nama dan sifat-sifat ALLAH adalah membiarkan apa adanya tanpa bagaimana dan batasan-batasan yakni tanpa menanyakan bagaimananya, tanpa menyerupakan dengan makhluk-Nya, tanpa penolakan dan tanpa pengubahan dari makna asalnya.

Disyari’atkan dan diperintahkan berdo’a kepada ALLAH, karena berdoa diperintahkan maka berdo’a adalah perbuatan yang diridhai-Nya sehingga termasuk ibadah. Semakin sering berdo’a maka dia akan mendapat lebih banyak ridha dan pahala dari ALLAH Ta’ala di samping dikabulkan doanya.

ALLAH Ta’ala akan menjawab setiap doa dari hamba-hamba-Nya apabila memenuhi syarat dan tidak adanya penghalang yang mengakibatkan doa seseorang tidak dijawab oleh ALLAH Ta’ala. Jawaban ALLAH atas setiap doa tidak selalu sama persis dengan yang diinginkan hamba-Nya akan tetapi ada tiga kemungkinan seperti telah dijelaskan.

Menjawab seruan ALLAH Ta’ala yakni dengan beriman kepada-Nya dan melaksanakan keta’atan kepada-Nya adalah cara mendapatkan jawaban ALLAH atas doa-doa hamba-Nya. Maka beriman dan ta’at kepada ALLAH yakni dengan melaksanakan perintah dan menjauhi larangan-Nya adalah salah satu sebab doa-doa hamba-Nya dijawab oleh ALLAH. Menjawab seruan ALLAH Ta’ala dengan keimanan dan keta’atan juga penyebab seseorang mendapatkan petunjuk.


ALLAH Ta’ala A’lam bi ash-shawab

al-faqir ilaa rahmati Rabbihi

NA Setiawan

Rabu, 01 September 2010

Berpikir Positif (Bagian kesepuluh)

MINGGU ke 4 :
Tujuan : Tukar pengalaman dari praktek langsung minggu sebelumnya
Materi : Masing-masing peserta yang sudah mempraktekannya menyampaikan apa-apa yang telah didapatkannya.


MINGGU ke 5 :
Tujuan : Peserta membeberkan rencana 1 minggu kedepan akan mengajak siapa
Materi : Tukar pengalaman cara mengajak calon peserta.

PRAKTEK MENGUBAH HIDUP DENGAN MENGUBAH KATA-KATA

Ubahlah menjadi kata-kata positif.

Jangan terlambat. ---------------Besok berangkatnya lebih pagi ya!
Jangan mengambil rute itu. ---------------Kita ambil rute yang ini saja.
Jangan panik. --------------------Tenang ya!
Jangan parkir di sini. --------------------Parkirnya di sana aja ya
Dilarang buang sampah sembarangan.---------------------Buang sampahnya di sini ya!/ Buang sampah pada tempatnya.
Jangan lari ------------------Jalan aja yuk!
Jangan rebut------------------Bicaranya pelan-pelan aja ya!
jangan ragu-ragu menghubungi saya jika ada yang ingin Anda tanyakan--------------Kalau ada yang ingin ditanyakan hubungi saya ya!.
Saya tidak boleh panik dalam menghadapi situasi ini -----------Kita tenang aja.
Saya tidak mau miskin---------saya ingin kaya.
Aku sakit-----------aku merasa kurang sehat.
Perutku sakit--------------perutku terasa kurang sehat.
Aku takut------------------aku belum berani.
Aku lupa---------------aku belum ingat.
Ini terlalu sulit------------ini tidak mudah.
Itu buruk-------------ini belum baik.
Tidak masalah-------------baik-baik saja/terima kasih kembali.
Nggak papa-------------it’s OK/ baik-baik saja OK.
Jangan khawatir-----------Anda akan baik-baik saja.
Aku sudah bekerja keras”----------------aku sudah bekerja dengan baik.
Cari uang itu susah------------cari uang itu mudah.
Jangan merokok ???--------------kita pengen sehat kan!
"Saya tidak pernah menjadi pengecut”-------------saya pemberani
Aku akan berangkat ngaji tetapi aku belum punya baju takwa---------aku akan berangkat ngaji walaupun aku belum punya baju takwa.
Aku akan berangkat ngaji tetapi belum ada orang yang aku kenal --------------Aku akan berangkat ngaji walaupun belum ada orang yang aku kenal.
Aku akan mendidik anak dengan baik tetapi aku ibu yang sibuk bekerja-----------Aku akan mendidik anak dengan baik walaupun aku ibu yang sibuk bekerja.
Dia pasti marah padaku karena tidak menyapaku ketika bertemu di jalan.-----------Mungkin dia tidak melihatku/Mungkin…………/Mungkin……….
Kamu harus rajin belajar-----------Abi senang karena ali rajin belajar.
Kamu harus mengerjakan PR---------Umi senang karena ali rajin mengerjakan PR.
Pokoknya nanti kamu harus datang ya----------Aku senang sekali kalau kamu bias dating.
“Saya tidak ingin hidup melarat atau susah”----------saya ingin hidup berkelimpahan harta dan saudara.
"Saya mau berhenti menggunjing"------------saya ingin menjaga mulutku/aku ingin mulutku bersih.
Miskin---------------belum kaya
Bodoh---------------belum pandai
Hilang---------------belum ketemu
Gagal----------------belum sukses
Ada Masalah-------ada tantangan

PRAKTEK MENGUBAH HIDUP DENGAN MENGUBAH SUDUT PANDANG, KATA-KATA DAN BERPRASANGKA BAIK

Apa yang Anda pikirkan/ katakan pada diri Anda dan anak Anda, jika anak Anda mendapat nilai 4 di sekolah?

Apa yang Anda pikirkan/ katakan pada diri Anda dan orang lain ketika Anda dipecat dari suatu pekerjaan?

Apa yang Anda pikirkan/ katakan pada diri Anda dan orang lain ketika Anda tidak disapa oleh teman Anda ketika lewat di depan rumah?

Apa yang Anda pikirkan/ katakan pada diri Anda dan orang lain ketika mengetahui si A menyakiti/menfitnah Anda yaitu Anda dikatakan orangnya pelit kalau memberi orang lain tidak ikhlas.

Apa yang Anda pikirkan/ katakan pada diri sendiri dan Anda lakukan ketika menemukan sifat atau karakter atau tingkah laku yang tidak menyenangkan dari pasangan Anda yang membuat Anda tidak nyaman, stress dll.